Demonstrasi Pertama Dalam Sejarah Islam

Zuhair Syarif

Gejolak unjuk rasa atau demonstrasi yang saat ini sedang marak, mengundang komentar banyak pengamat. Sebagian mereka mengatakan: “Aksi unjuk rasa ini dipelopori oleh oknum-oknum tertentu.” Adapula yang berkomentar, “Tidak mungkin adanya gejolak kesemangatan untuk aksi kecuali ada yang memicu atau ngompori.” Sedangkan yang lain berkata: “Demonstrasi ini adalah ungkapan hati nurani rakyat.” Demikian komentar para pengamat tentang demonstrasi yang terjadi di hampir semua universitas di Indonesia. Sebagian mereka menentangnya dan menganggap para mahasiswa itu ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu. Sebagian lain justru mendukung mati-matian dan menganggapnya sebagai jihad.

Namun dalam tulisan ini kita tidak menilai mana pendapat pengamat yang benar dan mana yang salah. Tetapi kita berbicara dari sisi: Apakah demonstrasi ini bisa digunakan sebagai sarana / alat dakwah kepada pemerintah atau tidak? Atau, apakah tindakan ini bisa dikatakan sebagai jihad[1].

Demonstrasi Pertama dalam Sejarah Islam

Kasus terbunuhnya Utsman bin Affan dan timbulnya pemikiran Khawarij sangat erat hubungannya dengan demonstrasi. Kronologis kisah terbunuhnya Utsman radliyallahu ‘anhu adalah berawal dari isyu-isyu tentang kejelekan khalifah Utsman yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ di kalangan kaum muslimin.

Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam[2]. Sedangkan kita telah maklum bagaimana karakter Yahudi itu karena Allah telah berfirman:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ ءَامَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

“Niscaya engkau akan dapati orang yang paling memusuhi (murka) kepada orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrikin.” (Al-Maidah: 82)

Permusuhan kaum Yahudi terlihat sejak berkembangnya Islam, seperti mengkhianati janji mereka terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, merendahkan kaum muslimin, mencerca ajaran Islam dan banyak lagi (makar-makar busuk mereka). Setelah Islam kuat, tersingkirlah mereka dari Madinah. (Lihat Sirah Ibnu Hisyam, juz 3 hal 191, 199)

Pada zaman Abu Bakar dan Umar radliyallahu ‘anhuma, suara orang-orang Yahudi nyaris hilang. Bahkan Umar mengusir mereka dari jazirah Arab sebagai realisasi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah bersabda:

“Sungguh akan aku keluarkan orang-orang Yahudi dan Nashara dari Jazirah Arab sampai aku tidak sisakan padanya kecuali orang muslim.” Juga ucapan beliau: “Keluarkanlah orang-orang musyrikin dari Jazirah Arab!” (HR. Bukhari)

Di tahun-tahun terakhir kekhalifahan Utsman radliyallahu ‘anhu, di saat kondisi masyarakat mulai heterogen, banyak mualaf dan orang awam yang tidak mendalam keimanannya, mulailah orang-orang Yahudi mengambil kesempatan untuk mengobarkan fitnah. Mereka berpenampilan sebagai muslim, dan di antara mereka adalah Abdullah bin Saba’ yang dijuluki Ibnu Sauda. Orang yang berasal dari San’a ini menebarkan benih-benih fitnah di kalangan kaum muslimin agar mereka iri dan benci kepada Utsman radliyallahu ‘anhu. Sedangkan inti dari apa yang dia bawa adalah pemikiran-pemikiran pribadinya yang bernafaskan Yahudi. Contohnya adalah qiyasnya yang batil tentang kewalian Ali radliyallahu ‘anhu. Dia berkata: “Sesungguhnya telah ada seribu nabi dan setiap nabi mempunyai wali. Sedangkan Ali adalah walinya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Kemudian dia berkata lagi: “Muhammad adalah penutup para nabi sedangkan Ali adalah penutup para wali.”

Tatkala tertanam pemikiran ini dalam jiwa para pengikutnya, mulailah dia menerapkan tujuan pokoknya yaitu melakukan pemberontakan terhadap kekhalifahan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Maka dia melontarkan pernyataan pada masyarakat yang bunyinya: “Siapa yang lebih dhalim daripada orang yang tidak pantas mendapatkan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (kewalian rasul), kemudian dia melampaui wali Rasulullah (yaitu Ali) dan merampas urusan umat (pemerintahan)!” Setelah itu dia berkata: “Sesungguhnya Utsman mengambil kewalian (pemerintahan) yang bukan haknya, sedang wali Rasulullah ini (Ali) ada (di kalangan kalian). Maka bangkitlah kalian dan bergeraklah. Mulailah untuk mencerca pejabat kalian, tampakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Niscaya manusia serentak mendukung dan ajaklah mereka kepada perkara ini.” (Tarikh Ar-Rasul juz 4 hal 340 karya Ath-Thabary melalui Mawaqif).

Amar ma’ruf nahi mungkar ala Sabaiyah ini sama modelnya dengan amar ma’ruf menurut Khawarij yakni keluar dari pemerintahan dan memberontak, memperingatkan kesalahan aparat pemerintahan di atas mimbar-mimbar, forum-forum dan demonstrasi-demonstrasi yang semua ini mengakibatkan timbulnya fitnah. Masalah pun bukan semakin reda, bahkan tambah menyala-menyala. Fakta sejarah telah membuktikan hal ini. Amar ma’ruf nahi mungkar ala Sabaiyah dan Khawarij ini mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman bin ‘Affan radliyallahu ‘anhu, peperangan sesama kaum muslimin dan terbukanya pintu fitnah dari zaman Khalifah ‘Utsman sampai zaman kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu (Tahqiq Mawaqif Ash-Shahabati fil Fitnati min Riwayat Al-Imam Ath-Thabari wal Muhadditsin juz 2 hal 342).

Sebenarnya amar ma’ruf nahi mungkar yang mereka gembar-gemborkan hanyalah sebagai label dan tameng belaka. Buktinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Utsman:

“Hai ‘Utsman, nanti sepeninggalku Allah akan memakaikan pakaian padamu. Jika orang-orang ingin mencelakakanmu pada waktu malam” –dalam riwayat lain-: “Orang-orang munafiq ingin melepaskannya, maka jangan engkau lepaskan.” Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR Ahmad dalam Musnadnya juz 6 hal 75 dan At-Tirmidzi dalam Sunannya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/210 no. 2923).

Syaikh Muhammad Amhazurn berkomentar: “Hadits ini menunjukkan dengan jelas bahwa orang Khawarij tidaklah menuntut keadilan dan kebenaran, akan tetapi mereka adalah kaum yang dihinggapi penyakit nifaq sehingga mereka bersembunyi di balik tabir syiar perdamaian dan amar ma’ruf nahi mungkar. Tidak diketahui di satu jaman pun adanya suatu jama’ah atau kelompok yang lebih berbahaya bagi agama Islam dan kaum muslimin daripada orang-orang munafiq.” (Tahqiq Mawaqif Ash-Shahabati juz 1 hal 476).

Inilah hakikat amar ma’ruf nahi mungkar kaum Sabaiyyah dan Khawarij. Alangkah serupanya kejadian dulu dan sekarang?!

Di jaman ini ternyata ada Khawarij gaya baru, yaitu orang-orang yang mempunyai pemikiran khawarij. Mereka menjadikan demonstrasi, unjuk rasa dan sebagainya sebagai alat dan metode dakwah serta jihad. Di antara tokoh-tokoh mereka adalah Abdurrahman Abdul Khaliq yang mengatakan (Al-Fushul minas Siyasah Asy-Syar’iyyah hal 31-32): “Termasuk metode atau cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah adalah demonstrasi atau unjuk rasa.”

Sebelum kita membongkar kebatilan ucapan ini dan kesesatan manhaj Khawarij dalam beramar ma’ruf nahi mungkar kepada pemerintahan, marilah kita pelajari manhaj salafus shalih dalam perkara ini.

Sumber: Majalah Salafy rubrik Mabhats edisi XXVII/1419 H/ 1998 M


 


[1] Seperti pendapat Abdurrahman Abdul Khaliq dan rekan-rekannya.

[2] Orang yang bergabung dengannya disebut golongan (firqah) Sabaiyah.

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Demokrasi dan Pemilu
1 comments on “Demonstrasi Pertama Dalam Sejarah Islam
  1. […] telah disetujui dan diberi muqadimah oleh Syaikh Muqbil hafidzahullah« Beberapa Kerusakan Pemilu Demonstrasi Pertama Dalam Sejarah Islam » […]

Komentar ditutup.

KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image