[Bagian 2] Kita Akan Memulai Perjuangan Ini Dengan Sesuatu Yang Baik

La Adri At Tilmidz

(Bagian 2 – Memulai dengan Ilmu)

Semangat ini belum luntur dan akan terus berkobar, insya Allah. Seiring dengan semakin melajunya maksiat di depan mata dan kebodohan umat akan agama ini. Semangat ini terus membara bahkan mencapai puncaknya. Keinginan untuk membela agama Allah, keinginan untuk menyatukan kaum muslimin dari perpecahan. Sungguh jika saja aku memiliki kuasa akan aku hancurkan dengan sekali hancuran para musuh Allah, akan aku hancurkan gedung putih USA, demikian pula pangkalan militernya dan apa yang dimiliki oleh semua tentara sekutunya akibat ulah mereka yang merusak fisik dan akal kaum muslimin di negeri Muslim. Akan aku hancurkan televisi yang telah merusak akal anak muslim dan remajanya. Sungguh dakwah ini akan terus berkibar bersama bendera Laa Ilaaha Illallah. Betapa banyaknya musuh Allah dari kaum kafir harbi. Belum lagi dari kalangan ahlul ahwa wal bid’ah yang meracuni dan menipu kaum muslimin dangan tipuan mereka. Betapa dahsyatnya tipuan mereka sehingga seolah-olah mereka adalah hamba Allah yang hanif padahal mereka adalah kalajengking yang meruntuhkan dan mengubah syariat Allah.

Namun, setelah aku terlalu semangat dan muncul ghirahku, kini ada pertanyaan yang muncul. Dengan apa aku berdakwah, dengan apa aku berjihad, bagaimana aku berdakwah dan berjihad, apa yang aku dakwahkan dan apa yang aku jihadkan, mengapa aku berdakwah dan berjihad, terutama lagi kepada siapa aku berdakwah dan berjihad ?

Aku butuh ilmu.. ya aku butuh ilmu. Aku berlindung kepada Allah Tabaroka Wata’ala dari golongan Khawarij Terorismu wa Kilabun Naar yang berjihad tanpa ilmu dan aku berlindung kepada Allah Tabaroka wata’ala dari Jamaah Kompor wa Slimut Thariqah Sufi Firqoh Tabligh yang berdakwah tanpa ilmu.

Ya, kita akan memulai perjuangan kita dengan ilmu. Orang-orang yang berilmu dibedakan dari selain mereka sebagaimana dinyatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو اْلأَلْبَابِ

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar: 9)

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو اْلأَلْبَابِ

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (Ar-Ra’d: 19)

Banyak sekali hadits yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memuat tentang keutamaan ilmu, di antaranya hadits:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya dengan ilmu tersebut jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan faqihkan (pahamkan) dia dalam agamanya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Para pendahulu kita amat bersemangat agar anak-anak mereka memiliki pendidik semenjak kecil dan benar-benar berpesan pada si anak agar bersemangat belajar. Mereka pun betul-betul perhatian dengan memberikan sarana yang akan digunakan anak mereka untuk menuntut ilmu. Seperti ‘Utbah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu yang berpesan kepada pendidik putranya: “Ajarilah dia Kitabullah, puaskan dia dengan hadits dan jauhkan dia dari syi’ir.” (dinukil dari Waratsatul Anbiya`, hal. 30)

Banyak gambaran dalam kehidupan salafush shalih yang melukiskan semangat mereka terhadap pendidikan anak yang dilatari dan dilandasi dengan Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ajarkan pada si anak tentang beratnya perjalanan menuntut ilmu dengan segala aral merintang. Bahkan mereka tak segan kehilangan harta untuk perjalanan anak-anak mereka menuntut ilmu agar kelak dapat memberikan manfaat pada diri si anak sendiri dan lebih dari itu, pada Islam dan kaum muslimin.

‘Ali bin ‘Ashim Al-Wasithi rahimahullahu menceritakan tentang kesungguhan pengorbanan ayahnya, “Ayahku pernah memberiku uang seratus ribu dirham sambil berkata, ‘Pergilah untuk menuntut ilmu, dan aku tak ingin melihat wajahmu kecuali setelah engkau menghapal seratus ribu hadits!’.” ‘Ali pun pergi jauh untuk menuntut ilmu, kemudian pulang untuk mengajarkan ilmu yang didapatkannya, sampai-sampai yang hadir di majelisnya lebih dari tigapuluh ribu orang. (dinukil dari Waratsatul Anbiya`, hal. 32)

Begitu pula Al-Mu’tamir bin Sulaiman mengisahkan tentang pesan sang ayah, “Ayahku pernah menulis surat padaku saat aku berada di Kufah, ‘Belilah buku dan catatlah ilmu, karena harta itu akan musnah, sementara ilmu itu akan kekal’.” (dinukil dari Waratsatul Anbiya`, hal. 32)

Demikianlah, mari kita didik anak dan istri kita untuk menuntut ilmu, yang dengan ilmu itu akan kita gentarkan musuh-musuh Allah, akan kita gentarkan orang-orang kafir dan ahlul ahwa serta ahlul bid’ah wa dholal.

Wallahu a’lamu bish shawab.

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Akhlak Salaf
KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image