Tidaklah Manusia Memunculkan Kebid’ahan Hingga Mereka Meninggalkan Sunnah yang Semisalnya

Berkata Al Imam Al Barbahari Rahimahullahu Ta’ala:

واعلم أن الناس لم يبتدعوا بدعة قط حتى تركوا من السنة مثلها فاحذر المحرمات من الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة والضلالة وأهلها في النار

Ketahuilah, tidaklah manusia memunculkan kebid’ahan hingga mereka meninggalkan sunnah yang semisalnya. Hati-hatilah terhadap perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan dan pelakunya di Neraka.

Syaikh Allamah Ahmad bin Yahya An Najmi


Penulis Rahimahullahu Ta’ala memaksudkan bahwa setiap orang yang mengerjakan bid’ah maka dia telah melakukan dua perkara yang dilarang:

1. Meninggalkan sunnah.
2. Mengadakan bid’ah.

Memunculkan bid’ah berarti mengharuskan seseorang meninggalkan sunnah. Tidaklah seseorang mengerjakan bid’ah melainkan ia telah meninggalkan sunnah. Hati-hatilah kamu! Jangan sampai terjatuh pada larangan yang menyelisihi perintah ini, sebab Allah Subhanahu wata’ala tidak akan memberi pahala kecuali dalam mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Barangsiapa yang meninggalkan sedikit saja sunnah ini maka ia telah meninggalkan ajaran yang ada di dalam Al Quran. Sebab Allah Subahanahu wata’ala telah memerintahkan di dalam kitab-Nya untuk mengikuti sunnah di berbagai ayat, misalnya fiman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Al Anfaal: 24-25)

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan bahwasanya tidak mau menjawab seruan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam akan menimbulkan fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang dhalim saja, bahkan menimpa secara umum (yang dhalim maupun yang shalih). Dan Allah Ta’ala berfirman dalam ayat ke-31 dari surat Ali Imran,

إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)

Ancaman yang sangat berat ditujukan kepada orang-orang yang meninggalkan sunnah dan mengadakan bid’ah. Ancaman yang sangat dahsyat telah ditegaskan oleh ayat-ayat Al Quran sebagaimana dalam surat Al Anfaal yang telah disebutkan di atas. Juga dalam surat An Nuur,

وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku lalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang lalim.” (An Nuur: 48-50)

Dan dalam firman Allah,

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisa: 115)

Begitu juga dalam sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam,

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan.” Mereka berkata: “Siapakah yang enggan itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang taat kepadaku, dialah yang mau masuk surga. Dan barangsiapa yang bermaksiat terhadapku, dialah yang enggan.” (HR. Al-Bukhari, Kitabul I’tisham bil Kitab was Sunnah, Bab Al-Iqtida` bi Sunani Rasulillah, no. 6737)

Hadits-hadits yang berkaitan dengan perintah mengikuti sunnah nabi Shallallahu’alaihi wasallam sangat banyak sekali. Berikut ini aku persembahkan kepada kalian, semoga Allah Azza wajalla menambahmu bersemangat dalam mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Di antara dalil yang di dalamnya Musthafa Shallallahu’alaihi wasallam menganjurkan kepada kita wajibnya mengikuti beliau Shallallahu’alaihi wasallam dalam beribadah dan mendahulukan ketaatan kepadanya Shallallahu’alaihi wasallam di atas ketaatan kepada orang lain adalah hadits yang ada dalam shalhih Muslim dari hadits Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu yang sangat panjang. Yang di dalamnya terdapat penjelasan sifat haji Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, di dalamnya menyebutkan perkataan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam,

“Telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian, kalian tidak akan tersesat setelahnya apabila kalian berpegang dengannya, kitabullah, dan kalian akan ditanya tentang aku, lalu apa yang kalian katakan? Para shahabat menjawab: ‘Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan dan menunaikan amanah serta telah memberikan nasihat.’ Maka Rasulullah berkata seraya mengangkat jari telunjuknya ke langit kemudian mengarahkannya kepada para shahabatnya; “Ya Allah persaksikanlah, Ya Allah persaksikanlah…” beliau ulangi tiga kali.

Juga dalam riwayat Ashabus Sunnan dengan riwayat yang shahih dari Irbadh bin Sariyah Radhiallahu’anhu berkata,

وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْناَ: يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّهاَ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِناَ. قَالَ: أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ تَمَسَّكُوْا بِهاَ وَعَضُّوْا عَلَيْهاَ بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasihati kami dengan suatu nasehat yang sangat mengena, membuat hati trenyuh, dan air mata berlinang. Maka kami berkata: ‘Wahai Rasulullah, sepertinya ini nasehat seseorang yang akan meninggalkan (kami), maka berilah kami wasiat.’ Beliau pun akhirnya bersabda: ‘Aku wasiatkan kepada kalian agar selalu bertaqwa kepada Allah dan mendengar lagi taat (pada pemerintah) walaupun kalian dipimpin oleh seorang budak. Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup (sepeninggalku nanti) maka ia akan melihat perselisihan yang ukup banyak. Maka wajib bagi kalian (berpegang-teguh) dengan Sunnahku dan Sunnah Al-Khulafa` Ar-Rasyidin setelahku yang terbimbing. Berpegang teguhlah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian, serta hati-hatilah dari perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Al Irwa’, no. 2455)

Dikeluarkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ad Darimi dengan sanad hasan dari hadits Miqdam bin Ma’adikarib Radhiallahu’anhu, ia berkata, bersabda Rasuilullah Shallallahu’alaihi wasallam,

“Ketahuilah hampir datang waktunya ada seseorang yang sampai kepadanya hadits dariku sedangkan ia bertelekan di atas singgasananya (tempat duduknya) seraya mengatakan: “Di antara kami dan kalian (di tengah-tengah kita) terdapat Al Quran, apa yang kami dapatkan di dalamnya halal maka kami halalkan dan apa yang kami dapatkan padanya haram maka kami haramkan, sesiungguhnya apa yang diharamkan Rasulullah seperti apa yang diharamkan Allah.”

Dalam hadits Muttafaqun Alaih dari hadits Abu Musa Radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya permisalan diriku dengan apa yang aku utus dengannya oleh Allah adalah seperti seseorang yang datang kepada satu kaum seraya mengatakan: ‘Wahai kaumku…! Sungguh aku melihat pasukan dengan mata kepalaku sendiri, dan sesungguhnya aku nadzirul ‘uryan, maka carilah keselamatan, carilah keselamatan…!’ Kemudian sebagian kaumnya menaatinya sehingga malam itu juga mereka berkemas-kemas pergi meninggalkan kampungnya menggunakan waktu yang tersisa, ahirnya mereka pun selamat. Dan sebagian yang lain mendustakannya sehingga pada pagi hari pasukan telah mengepung mereka yang kemudian membinasakan dan memeranginya serta menawan mereka. Itulah permisalaan antara orang yang menaatiku dan mengikuti apa yang aku bawa dengan orang yang bermksiat kepadaku atau mendustakan apa yang aku bawa.”

Dan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu dengan sanad hasan, dia berkata,

خَطَّ لَناَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا فَقاَلَ: هَذاَ سَبِيْلُ اللهِ. ثُمَّ عَنْ يَمِيْنِ ذَلِكَ الْخَطِّ وَعَنْ شِماَلِهِ خُطُوْطاً فَقاَلَ: هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهاَ شَيْطاَنٌ يَدْعُو إِلَيْهاَ. ثُمَّ قَرَأَ: {وَأَنَّ هَذاَ صِرَاطِي مُسْتَقِيْماً فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ}

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam membuat sebuah garis di hadapan kami satu garis lalu berkata: “Ini adalah jalan Allah.” Lalu beliau Shallallahu’alaihi wasallam menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan sebelah kiri garis tadi lalu berkata: “Ini adalah jalan-jalan. Di atas setiap jalan itu terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.” Lalu beliau Shallallahu’alaihi wasallam membaca firman Allah Ta’ala (Surat Al-An’am ayat 153): “Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah. Dan janganlah mengikuti jalan-jalan (sesat) hingga akan terpisah kalian dari jalan-Nya.” (HR. Al-Imam Ahmad, 1/435 dan 465, An-Nasa`i dalam Al-Kubra, 6/11174, Ad-Darimi no. 202, Ath-Thayalisi no. 244, Sa’id bin Manshur, 5/935, Ibnu Hibban, 1/180/6, dan Al-Hakim, 2/348, seluruhnya dari Abdullah bin Mas’ud z. Al-Hakim berkata: “Hadits ini sanadnya shahih.” Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam tahqiq Syarah Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah hal. 525)

Sesungguhnya ahlul bid’ah itu telah bermaksiat kepada Allah Tabaroka wata’ala dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam serta mengikuti hawa nafsu, mengagungkan dirinya, mengaku dengan lisan halnya (secara tidak langsung) bahwa pemikirannya dan hawa nafsunya lebih baik daripada apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Maka berati-hatilah… !! Jangan sampai kalian termasuk dari mereka sehingga kamu terkena ancaman An Naar (neraka). Dan kita berlindung kepada Allah Aza wajalla darinya. Wabillahit taufiq.

[Dari Kitab Irsyaadus Saari ila Taudhihi Syarhis Sunnah lil Imam Al Barbahari, Edisi Indonesia Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah di Tengah Badai Fitnah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi, Penerbit Maktabah Al Ghuroba, hal 89-95]

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Al Manhaj As Salafus Shalih, Hidupkan Sunnah, Matikan Bid'ah, Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari
1 comments on “Tidaklah Manusia Memunculkan Kebid’ahan Hingga Mereka Meninggalkan Sunnah yang Semisalnya

Komentar ditutup.

KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image