Hati-Hatilah Terhadap Bid’ah Meskipun Kecil, Karena Yang Kecil Itu Akan Membesar. Telitilah Setiap Orang yang Engkau Dengar Perkataannya

Berkata Al Imam Al Barbahari Rahimahullahu Ta’ala:

واحذر صغار المحدثات من الأمور فإن صغار البدع تعود حتى تصير كبارا وكذلك كل بدعة أحدثت في هذه الأمة كان أولها صغيرا يشبه الحق فاغتر بذلك من دخل فيها ثم لم يستطع المخرج منها فعظمت وصارت دينا يدان بها فخالف الصراط المستقيم فخرج من الإسلام

فانظر رحمك الله كل من سمعت كلامه من أهل زمانك خاصة فلا تعجلن ولا تدخلن في شيء منه حتى تسأل وتنظر هل تكلم فيه أحد من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم أو أحد من العلماء فإن أصبت فيه أثرا عنهم فتمسك به ولا تجاوزه لشيء ولا تختر عليه شيئا فتسقط في النار

Hati-hatilah terhadap perkara yang diada-adakan meskipun kecil, karena sesungguhnya bid’ah yang kecil itu akan terus terulang hingga ahirnya menjadi besar. Demikian pula setiap bid’ah yang dimunculkan pada umat ini, pada awalnya adalah kecil menyerupai kebenaran sehingga terkecoh orang yang masuk padanya, kemudian ia tidak mampu untuk keluar darinya dan ahirnya bid’ah tersebut menjadi ajaran agama yang dianut, menyelisihi shiratal mustaqim hingga ahirnya ia keluar dari Islam.

Semoga Allah Ta’ala merahmatimu, telitilah setiap orang yang engkau dengar perkataannya khususnya orang-orang yang hidup di zamanmu, janganlah kamu tergesa-gesa dan jangan sampai kamu masuk ke dalamnya sedikitpun sampai kamu tanyakan dan kamu teliti apakah ada salah seorang dari kalangan shahabat Radhiallahu’anhum atau salah seorang dari ulama yang berbicara tentang masalah itu? Apabila ada atsar dari mereka yang membenarkan hal itu maka peganglah atsar tersebut erat-erat, jangan kamu lampaui sedikitpun dan jangan kamu utamakan sesuatupun daripadanya sehingga kamu akan terjerumus ke dalam Neraka.

Syaikh Allamah Ahmad bin Yahya An Najmi


Sesungguhnya penulis Rahimahullahu Ta’ala mengatakan di sini perkataan yang berdasarkan pengalaman pada perkara ini. Yakni bahwasanya bid’ah yang kecil itu akan senantiasa terulang hingga menjadi besar. Seringnya manusia tertipu dengannya, sebab di dalamnya terdapat syubhat yang menyerupai kebenaran. Sebagai contohnya aqidah Khawarij, apa awalnya? Awalnya adalah pada peristiwa peperangan di Nahrawan. Hampir saja pasukan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu mengalahkan penduduk Syam yakni pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu’anhu. Yang demikian itu setelah terbunuhnya Ammar bin Yasir Radhiallahu’anhu, banyak sekali para shahabat Radhiallahu’anhum yang meriwayatkan bahwa nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Wahai sungguh beruntungnya Ammar, dia akan dibunuh oleh kelompok yang durhaka (Khawarij).” (Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (248 dan 2601), Muslim dalam itabul Fitan wa Asratis Sa’ah)

Kemudian Shahabat-shahabat Mu’awiyah Radhiallahu’anhum memiliki gagasan untuk mengangkat mushaf-mushaf di atas lembing-lembing mereka seraya mengatakan, “antara kami dan kalian terdapat kitabullah.” seketika itu para shahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu menghentikan penyerangan dan mereka mengatakan, “kita tidak akan memerangi orang yang menyeru kita (untuk berhukum) kepada kitabullah.” Maka berkatalah Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu, “kalimat kebenaran namun dimaksudkan untuk kebathilan.”

Ahirnya mereka terus melangsungkan peperangan dan enggan untuk berhenti. Pada saat itu bergeraklah para juru damai, mereka datang dan pergi antara kedua belah kubu Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu dan Mu’awiyah Radhiallahu’anhu. Hingga terjadi kesepakatan antara kedua shahabat yang mulai tersebut untuk mengangkat dua hakim yang akan menyelesaikan perkara di antara keduanya. Maka keluarlah beberapa shahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu seraya mengatakan, “tidak ada hukum kecuali milik Allah.” Maka Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu mendebat mereka dan berkata keoada mereka, “sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk mengangkat dua hakim untuk menyelesaikan perkara antara istri dan suaminya. Dan memerintahkan untuk mengangkat dua hakim untuk menyelesaikan masalah buruan (pada saat ihram).” Namun mereka tetap enggan dan tidak mau menerima. Tatkala mereka kembali, mereka pergi ke suatu tempat yang bernama Harura’.

Awal mula tumbuhnya cikal bakal Khawarij adalah perkataan mereka, “tidak ada hukum selain hukum Allah.” perkataan ini muncul pertama kali nampak benar, akan tetapi setelah itu mereka mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu mengangkat hakim dari kalangan manusia dalam menyesaikan perkara agama. Didasari hal ini mereka mengkafirkan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu, kemudian mengkafirkan seluruh shahabat kecuali Abu Bakar dan Umar Radhiallahu’anhum.

Inilah contoh apa yang disebutkan oleh penulis Rahimahullah bahwa bid’ah awal mulanya adalah kecil dan pada awal mula perkembangannya menyerupai kebenaran, kemudian syaithan terus menerus menghasung para palakunya untuk semangat mengerjakannya hingga ahirnya bid’ah tersebut menjadi besar. Oleh karena itu Imam Al Barbahari mengatakan,

ثم لم يستطع المخرج منها فعظمت وصارت دينا يدان بها فخالف الصراط المستقيم فخرج من الإسلام

“Kemudian ia tidak mampu untuk keluar darinya dan ahirnya bid’ah tersebut menjadi ajaran agama yang dianut, menyelisihi shiratal mustaqim hingga ahirnya ia keluar dari Islam.”.

Yakni tidak mampu untuk meninggalkannya karena menganggap baik bid’ah tersebut. Adapun perkataan beliau,

فخرج من الإسلام

“…hingga ahirnya ia keluar dari Islam.” perkataan ini semisal dengan perkataan yang telah berlalu, [1]

فمن خالف أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم في شيء من أمر الدين فقد كفر

“Barangsiapa yang menyelisihi shahabat Radhiallahu’anhum pada suatu perkara dari agama ini maka dia telah kafir.”

Adapun ini kami tidak setuju dengannya, tidak pula disetujui oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah kecuali apabila perkataan tersebut dita’wil. Jika  saja beliau Rahimahullah mengatakan, “maka ia keluar dari iman menuju Islam” niscaya lebih utama (tepat). Beliau Rahimahullah sering berlebihan dalam beberapa hal seperti dalam perkara ini, mengkafirkan seorang Muslim hanya disebabkan suatu bid’ah yang ia kerjakan. Padahal ia tidak keluar dari Islam pada awal pertama kali mengerjakannya. Bid’ah ada yang menjadikan pelakunya kafir dan ada pula yang menjadikan pelakunya fasik, maka memutlakan perkataan “kafir” pada setiap kebid’ahan adalah salah, wajib untuk memperingatkan para penuntut ilmu dari kesalahan ini.

Perkataan beliau Rahimahullahu Ta’ala,

فانظر رحمك الله كل من سمعت كلامه من أهل زمانك خاصة فلا تعجلن ولا تدخلن في شيء منه حتى تسأل وتنظر هل تكلم فيه أحد من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم أو أحد من العلماء فإن أصبت فيه أثرا عنهم فتمسك به ولا تجاوزه لشيء ولا تختر عليه شيئا فتسقط في النار

“Semoga Allah Ta’ala merahmatimu, telitilah setiap orang yang engkau dengar perkataannya khususnya orang-orang yang hidup di zamanmu, janganlah kamu tergesa-gesa dan jangan sampai kamu masuk ke dalamnya sedikitpun sampai kamu tanyakan dan kamu teliti apakah ada salah seorang dari kalangan shahabat Radhiallahu’anhum atau salah seorang dari ulama yang berbicara tentang masalah itu? Apabila ada atsar dari mereka yang membenarkan hal itu maka peganglah atsar tersebut erat-erat, jangan kamu lampaui sedikitpun dan jangan kamu utamakan sesuatupun daripadanya sehingga kamu akan terjerumus ke dalam Neraka.”

Aku (Syaikh Ahmad bin Yahya) katakan: Semoga Allah merahmati penulis (Imam Al Barbahari). Sungguh, beliau Rahimahullah telah menunjukkan kepada kebaikan melalui perkataannya ini dan memerintahkan agar ta’anni (selalu hati-hati) untuk masuk sedikit saja ke dalam perkara-perkara yang baru. Apabila kamu mendengar salah seorang menyeru kepada manhaj IM (Ikhwanul Muslimin) [2], maka jangan tergesa-gesa untuk menyambut seruannya (menyetujuinya) dan jangan memuji manhaj tersebut. Apabila kamu mendengar seseorang yang menyeru kepada pemahaman Sururiyah [3], atau Quthbiyyah, atau kepada JT (Jama’ah Tabligh) [4], maka jangan tergesa-gesa untuk menyambutnya, dan jangan kamu lemparkan dirimu ke tengah medan tersebut sebelum kamu menanyakan, meneliti, dan membahasnya. Pikirkanlah dan bahaslah bersama orang-orang yang tahu manhaj tersebut dan tidak ikut masuk ke dalamnya, atau orang yang sudah pernah masuk ke dalamnya kemudian meninggalkannya atau orang yang menelaah tentang mereka sampai nampak jelas bagimu hakikatnya (siapa mereka itu?). Karena jika kamu tergesa-gesa niscaya kamu akan terjatuh ke dalam jebakan dan perangkap Hizbiyyah yang ingin menguasaimu dan memasukkanmu ke dalam barisan mereka hingga kamu menjadi Mubtadi’ (Ahlul bid’ah) dan masuk ke dalam barisan oang-orang yang membela Ahlul bid’ah, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Betapa banyak orang yang terlalu dini menyambut manhaj tersebut dan tergesa-gesa masuk ke dalamnya..! Betapa banyak orang yang sudah terjatuh dalam perangkapnya sebelum mencari keterangan tentang aib manhaj tersebut..! Oleh karena itu mereka jatuh ke dalamnya. Oleh sebab itu aku peringatkan kamu sebagaimana pemilik matan ini -yakni penulis kitab Syarhus Sunnah Lil Imam Al Barbahari- memperingatkanmu. Aku peringatkan kamu jangan sampai tergesa-gesa masuk ke dalam golongan-golongan tersebut. Aku ajak kamu untuk senantiasa ta’anni dan berusaha membahas. Ambillah kitab-kitab yang berisi kritikan terhadap hizb-hizb (kelompok-kelompok) tersebut. Ambillah kitab-kitab tersebut dan bacalah tentang kelompok-kelompok tersebut sebelum kamu masuk ke dalamnya. Apabila kamu mendapatkan kebenaran di dalamnya maka jangan sesekali kamu mengutamakan yang lain daripadanya. Karena sesungguhnya kamu tidak akan ditanya apabila kamu telah diletakkan dalam kubur kecuali tentang Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, yang mana tidak akan sah dan tidak sah pengakuanmu, dan sebelum itu tidak sah Islammu kecuali dengan mempersaksikan kebenaran risalah beliau Shallallahu’alaihi wasallam serta mempersaksikan akan ke-Esaan Allah Azza wajalla. Kamu tidak akan ditanya tentang Fulan, tidak pula tentang si Fulan dan si ‘Allan, maka dari itu bertaqwalah kamu kepada Allah Subhanahu wata’ala dalam urusan pribadimu. Berhati-hatilah, jangan sampai terperosok ke dalam jebakan Hizbiyyun..! Sebab kamu akan menyesal apabila kamu sudah terjatuh ke dalamnya, baik dalam waktu dekat ini maupun waktu yang akan datang. Tidak ada ganti bagi dirimu untuk menebus jiwamu apabila kamu binasa dan merugi, tidak..! Demi Allah.. Allah Ta’ala telah berfirman,

وَالْعَصْر إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ  إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al Ashr: 1-3)

[Dari Kitab Irsyaadus Saari ila Taudhihi Syarhis Sunnah lil Imam Al Barbahari, Edisi Indonesia Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah di Tengah Badai Fitnah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi, Penerbit Maktabah Al Ghuroba, hal 95-99]

Footnote:

[1] Telah berlalu penjelasannya pada Point Agama Ini Datang Dari Sisi Allah Ta’ala Tidak Diletakkan di Atas Akal Maupun Pemikiran Seseorang Silahkan baca Klik di sini

[2] Penjelasan tentang kesesatan manhaj IM silahkan download Ebook Klik di sini

[3] Ebook yang menjelaskan manhaj Sururiyah bisa download Ebook membahas Yayasan Ihya At Turats klik di sini dan tokohnya Abdurrahman Abdul Khaliq Klik di sini

[4] Bagaimana kesesatan JT (Jamaah Tabligh), silahkan download ebooknya klik di sini

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Al Manhaj As Salafus Shalih, Firqah Hizbiyah, Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari
2 comments on “Hati-Hatilah Terhadap Bid’ah Meskipun Kecil, Karena Yang Kecil Itu Akan Membesar. Telitilah Setiap Orang yang Engkau Dengar Perkataannya
  1. […] Silahkan baca Klik di sini [2] Penjelasan tentang kesesatan manhaj IM silahkan download Ebook Klik di sini [3] Ebook yang menjelaskan manhaj Sururiyah bisa download Ebook membahas Yayasan Ihya At Turats […]

  2. […] Silahkan baca Klik di sini [2] Penjelasan tentang kesesatan manhaj IM silahkan download Ebook Klik di sini [3] Ebook yang menjelaskan manhaj Sururiyah bisa download Ebook membahas Yayasan Ihya At Turats […]

Komentar ditutup.

KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image