Sesungguhnya Tidak Ada Ketaatan Kepada Manusia Dalam Bermaksiat Kepada Allah Azza wajalla

Berkata Al Imam Al Barbahari Rahimahullahu Ta’ala:

واعلم أنه لا طاعة لبشر في معصية الله عزوجل

Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ketaatan kepada manusia dalam bermaksiat kepada Allah ‘Azza wajalla.

Syaikh Allamah Ahmad bin Yahya An Najmi

Dalil tentang hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam,

لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu)

Juga sabda beliau Shallallahu’alaihi wasallam,

عَلَى الْمَرْءِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

“Wajib bagi seseorang untuk mendengar dan taat dalam apa yang ia sukai dan benci, kecuali ia diperintah berbuat maksiat. Maka bila ia diperintah berbuat maksiat, ia tidak boleh mendengar dan taat.” (HR. Al-Bukhari no. 2955 dan Muslim no. 1839)

Dalil-dalil ini menunjukkan bahwasanya ketaatan kepada pemerintah itu terikat dengan dua syarat:

1. Dalam perkara yang ma’ruf, sehingga tidak ada kewajiban taat dalam kemaksiatan [1].

2. Dalam jangkauan kemampuan seorang hamba. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepada orang yang berbai’at kepadanya,

كُنَّا نبُاَيِعُ رَسُولَ اللهِ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلىَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، يَقُولُ لَنَا: فِيْمَااسْتَطَعْتُ

“Dulu kami membai’at Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam untuk mendengar dan menaati perintah beliau, kemudian beliau katakan kepada kami: ‘(katakanlah dalam bai’atmu):Dalam perkara yang aku mampu’.” (HR. Muslim no. 1867, lihat keterangan An-Nawawi tentang hadits ini)

Hingga para wanita yang berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengatakan,

"Demi Allah, Allah dan Rasul-Nya lebih sayang kepada kami daripada diri-diri kami sendiri."

Yang demikian itu setelah mereka berbai’at kepada beliau Shallallahu’alaihi wasallam untuk mendengar dan taat dalam keadaan sulit maupun lapang dan dalam keadaan senang maupun benci, maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berkata kepada mereka,

"Dalam perkara-perkara yang kalian mampu"

Wabillahit taufiq.

[Dari Kitab Irsyaadus Saari ila Taudhihi Syarhis Sunnah lil Imam Al Barbahari, Edisi Indonesia Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah di Tengah Badai Fitnah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi, Penerbit Maktabah Al Ghuroba, hal 209-211]

 

Footnote

[3] Abu Harun As Salafy: Salah satu contoh dalam hal ini adalah pada peringatan HUT Kemerdekaan RI, di mana selalu ada rutinitas tahunan berupa upacara bendera, hormat kepada bendera merah putih, aneka lomba, dan lainnya yang penuh dengan berbagai maksiat dan pelanggaran syari’at. Maka dalam hal ini tidak ada ketaatan kepada pemerintah dan tidak ikut ambil bagian dalam semua acara ini. Silahkan download ebook Memperingati 17 Agustus Antara Ketaatan dan Kemaksiatan klik di sini (49 KB)

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Aqidah Ahlus Sunnah, Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari
KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image