Balasan Bagi Orang Yang Melalaikan Al Quran, Melalaikan Sholat Wajib, Berkata Dusta, Para Pezina, dan Pemakan Riba

Kami nukilkan dari kitab Riyadhus Shalihin lil Imam An Nawawi Rahimahullahu Ta’ala, salah satu hadits dalam bab "Tahrimu Kadziba (Larangan Berdusta). Semoga bermanfaat.

Dari Samurah bin Jundub Radhiallahu’anhu katanya: "Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sering bertanya kepada para sahabat: "Adakah seseorang di antara kalian melihat sesuatu mimpi?" Kemudian beliau Shallallahu’alaihi wasallam diceriterakanlah sekehendak Allah perihal apa yang diceriterakan itu. Sesungguhnya beliau Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda pada suatu pagi, demikian:

"Semalam aku didatangi oleh dua orang. Keduanya berkata kepadaku: "Berangkatlah." Akupun berangkatlah bersama dua orang itu. Kami lalu datang kepada seorang lelaki yang sedang berbaring, tiba-tiba ada orang lain yang sedang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah batu besar. Sekonyong-konyong orang yang berdiri itu menjatuhkan batu tersebut ke arah kepala orang yang berbaring tadi, kemudian pecahlah kepalanya, sedang batu itu terus menggelinding ke arah sana. Yang melempar itu mengikuti perginya batu tersebut lalu mengambilnya. la tidak kembali kepada orang yang disiksanya itu, sehingga orang ini sembuh kembali kepalanya sebagaimana keadaannya semula. Orang yang berdiri itu lalu kembali mendekati orang yang berbaring dan melakukan sebagaimana yang dilakukan dalam kali pertama tadi."

Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Aku lalu bertanya kepada dua orang yang mengajakku: "Subhanallah, siapakah ini?" Lalu keduanya berkata: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kamipun berangkatlah, sehingga datanglah kami kepada seorang lelaki yang tidur terlentang pada tengkuknya, tiba-tiba di situ ada pula orang yang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah alat pengait dari besi, sekonyong-konyong ia mendatangi orang yang terlentang tadi menuju ke salah satu belahan mukanya, kemudian memotong-motong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, juga dari lobang hidung ke tengkuknya serta dari mata ke tengkuknya. Setelah itu ia berpindah kepada belahan mukanya yang lain, lalu mengerjakan sebagaimana yang dikerjakan terhadap belahan muka yang satunya tadi. Belum lagi ia selesai mengerjakan yang ini, sehingga belahan pertama itu telah menjadi sembuh kembali sebagaimana dulunya, lalu diulangkanlah mengerjakan terhadap belahan pertama tadi sebagaimana ia melakukan untuk pertama kalinya itu."

Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Aku lalu bertanya: "Subhanallah, siapakah kedua orang ini?" Kedua orang yang menyertai aku itu berkata: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kamipun berangkatlah, sehingga datanglah kami kepada sebuah tempat semacam tungku besar." Orang yang meriwayatkan Hadis ini berkata: "Aku mengira beliau Shallallahu’alaihi wasallam juga menyebutkan: "Dalam tungku itu terdengar teriakan yang bercampur-baur serta berbagai suara gemuruh." Kami melihat ke dalamnya, ternyata yang ada di situ adalah orang-orang lelaki dan orang-orang perempuan yang semuanya telanjang bulat. Mereka itu didatangi oleh nyala api yang berasal dari bawah mereka, Jikalau nyala api itu menjiiat-jilat tubuh mereka, maka merekapun gemuruhlah suaranya. Aku bertanya: "Siapakah orang-orang itu?" Kedua kawan aku itu menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!"

Kamipun berangkatlah, sehingga kami datang di suatu sungai." Orang yang meriwayatkan Hadis ini berkata: "Aku mengira beliau Shallallahu’alaihi wasallam juga mengucapkan: "Sungai itu merah warnanya bagaikan darah." Ternyata di sungai itu ada seorang yang berenang menuju tepinya, sekonyong-konyong di tepi sungai tadi ada pula seorang lelaki lain yang telah mengumpulkan batu-batu besar di sisinya. Orang yang berenang itu terus berenang sekuat ia melakukannya, setelah hampir di tepinya, lalu datanglah orang yang sudah mengumpulkan batu-batu tadi dan yang berenang itu membukakan mulutnya, kemudian dilemparnya dengan batu oleh yang ada di tepi. Sekali lagi orang itu berenang ke tengah terus kembali lagi dan setiap kembali, ia pun membukakan mulutnya lalu yang di tepi melemparkan batu tepat di mulutnya itu. Aku bertanya kepada kedua kawan aku: "Siapakah kedua orang itu – yakni yang berenang dan yang melempari?" Keduanya berkata kepada aku: "Berangkatlah, berangkatlah!"

Kamipun berangkatlah sehingga datanglah kami kepada seseorang yang buruk sekali rupa wajahnya, atau ia adalah sejelek-jelek orang lelaki yang pernah engkau lihat tentang rupa wajahnya. Di sisinya ada api dan ia menyalakan itu dan ia berjalan di sekelilingnya. Aku bertanya lagi kepada kedua kawan aku: "Siapakah orang itu?" Keduanya menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!"

Kamipun berangkatlah, sehingga datanglah kami di suatu taman yang rimbun tanamannya lagi panjang-panjang, di dalamnya tampaklah penuh sinar cahaya musim bunga, tiba-tiba di antara kedua sudut taman itu ada seorang lelaki yang tinggi perawakannya, hampir-hampir aku tidak dapat melihat kepalanya karena menjulang tinggi sekali ke langit, sedang di sekamir orang tersebut ada beberapa anak dan amat banyak sekali jumlahnya dan aku tidak pernah samasekali melihat mereka itu. Aku bertanya: "Siapakah orang ini dan siapa pula anak-anak itu?" Kedua kawan aku menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!"

Kamipun berangkatlah sehingga datanglah kami di suatu pohon besar yang belum pernah samasekali aku melihat pohon yang lebih besar serta lebih indah daripadanya. Kedua kawan aku itu berkata: "Naiklah di taman itu!" Kamipun naiklah menuju ke suatu kota yang dibangun dengan bata-bata yang terbuat dari emas dan bata-bata dari perak. Kami mendatangi gerbang kota, lalu kami minta supaya dibukakan, kemudian pintupun dibukalah untuk kami. Kami masuk di dalamnya, lalu kami dijemput oleh beberapa orang lelaki yang sebagian wajah mereka itu bagus-bagus sebagaimana yang pernah engkau lihat, sedang sebagiannya Iagi buruk sebagaimana yang pernah engkau lihat. Kedua kawan aku itu berkata kepada orang-orang tersebut: "Pergilah lalu terjunlah dalam sungai itu." Tiba-tiba sungai itu adalah sungai yang melintang dan airnya mengalir, seolah-olah airnya adalah susu kerena putihnya. Mereka lalu terjun di dalamnya kemudian kembali ke tempat kami, sedang keburukan wajahnya sudah lenyap semua dan mereka berganti memiliki wajah yang sebagus-bagusnya.

Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda; kedua kawan berkata kepada aku: "Inilah yang disebut surga ‘Adn dan di sana itu tempat kediamanmu" Penglihatan aku lalu naik ke atas, amat tinggi sekali, sekonyong-konyong tampaklah sebuah istana bagaikan awan yang putih sekali. Sekali lagi keduanya berkata: "Nah, di sana itulah tempat tinggalmu." Aku berkata kepada keduanya: "Semoga Allah memberikan keberkahan kepada kalian. Sekarang biarkanlah aku ke sana akan masuk ke dalamnya." Keduanya berkata: "Adapun sekarang, maka jangan dulu, tetapi engkau akan memasukinya nanti."

Seterusnya aku berkata kepada kedua kawan aku itu: "Sejak tadi malam aku telah melihat berbagai keajaiban, maka apakah sebenarnya yang aku lihat itu?" Keduanya berkata kepada aku: "Kini aku akan memberitahukan kepadamu.

Adapun orang pertama yang engkau datangi, ia dipecah kepalanya dengan batu, maka sesungguhnya itulah orang yang mengambil al-Quran lalu menyisihkannya -yakni menolaknya sesudah mengerti isi dan maknanya-, juga itulah orang yang tidur -yakni lalai- dari melakukan shalat-shalat yang diwajibkan.

Adapun orang yang engkau datangi, ia sedang dipotong-potong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya dan dari lobang hidung sampai ketengkuknya dan juga dari matanya sampai ketengkuknya itu ialah orang-orang yang pergi dari rumahnya lalu membuat kata-kata dusta dengan kedustaan yang sampai mencapai ke segaia penjuru.

Adapun orang-orang lelaki dan perempuan yang berada di dalam tempat semacam tungku besar itu adalah para pezina lelaki dan wanita.

Adapun orang lelaki yang Engkau datangi sedang berenang dalam sungai dan dilempari batu di mulutnya itu ialah pemakan riba.

Adapun orang yang tampak buruk sekali roman mukanya yang di sisinya ada api yang dinyalakan olehnya dan ia berjalan di sekelilingnya itu ialah malaikat Khazin, yaitu penjaga neraka Jahanam.

Adapun orang yang tinggi perawakannya yang ada di dalam taman, maka ia adalah Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam sedang anak-anak yang di sekelilingnya itu ialah setiap anak bayi yang meninggal di atas kefitrahan."Dalam riwayat al-Barqani disebutkan: "Anak yang mati menetapi kefitrahan."Kemudian sebagian kaum Muslimin ada yang berkata: "Dan anak-anaknya kaum musyrikin bagaimanakah nasibnya, ya Rasulullah?" Beliau Shallallahu’alaihi wasallam menjawab: "Juga anak-anaknya kaum musyrikin termasuk di kalangan mereka itu."

Adapun orang yang sebagian mukanya bagus dan sebagian Iagi buruk, maka mereka itu ialah orang-orang yang mencampur-adukkan antara amal perbuatan yang shalih sedang yang lainnya jelek, tetapi Allah telah memberikan pengampunan kepada mereka itu." (Riwayat Bukhari)

Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan demikian:

"Semalam aku melihat dua orang lelaki, lalu keduanya itu mengeluarkan aku dan mengajak pergi ke tanah yang suci." Kemudian beliau Shallallahu’alaihi wasallam menyebutkan Hadis di atas dan selanjutnya bersabda: "Kami bertiga lalu pergi ke sebuah lobang sebagai bentuk tungku besar, bagian atasnya adalah sempit sedang bagian bawahnya lebar sekali dan di bawahnya itu ada api menyala. Jikalau api itu menjulang ke atas, maka orang-orang yang ada di situ sama naik pula ke atas, sehingga hampir-hampir mereka itu akan dapat keluar dari dalamnya, tetapi jikalau api itu padam, maka merekapun kembali ke bawah lagi. Di situ terdapatlah orang-orang lelaki dan perempuan yang semuanya telanjang bulat."

Dalam riwayat Hadis itu disebutkan pula: "Sehingga datanglah kami ke suatu sungai dari darah." Yang meriwayatkan tidak sangsi lagi dalam keadaan sungai yang dikatakan dari darah itu. "Di situ ada seorang lelaki yang berdiri di tengah sungai, sedang di tepi sungai ada pula seorang lelaki lain dan di mukanya ada batu-batu. Orang yang di sungai itu hendak maju ke tepi, tetapi apabila ia ber-kehendak keluar, lalu orang yang di tepi itu melemparnya dengan batu, tepat mengenai mulutnya lalu mengembalikan ke tengah sungai sebagaimana keadaannya semula. Jadi setiap kali ia akan keluar, setiap itu pula yang di tepi melemparnya dengan batu mengenai mulutnya dan kembalilah ia ke tengah lagi sebagai tadinya."

Dalam riwayat Hadis tadi juga disebutkan: "Kedua kawan aku itu naik ke pohon dengan membawa aku lalu keduanya memasukkan aku ke dalam sebuah rumah yang aku samasekali belum pernah melihat rumah yang seindah itu. Di dalamnya ada beberapa orang tua dan para pemuda."

Dalamnya juga disebutkan: "Adapun yang Engkau lihat dipotong-potong tepi mulutnya itu, maka ia adalah seorang tukang dusta yang berbicara dengan kedustaan lalu disiar-siarkanlah dustanya itu sampai mencapai ke segenap penjuru alam. Maka diperlakukanlah orang tersebut sedemikian rupa sampai pada hari kiamat."

Dalamnya disebutkan pula: "Orang yang Engkau lihat dipecah kepalanya itu ialah orang yang telah diajari al-Quran oleh Allah, lalu tidur -lalai- untuk membacanya di waktu malam dan tidak pula mengerjakan isinya pada siang harinya, maka itu diperlakukanlah orang itu sedemikian rupa sampai pada hari kiamat. Adapun rumah pertama yang engkau masuki itu ialah perumahan umumnya kaum Muslimin. Adapun yang ini, ialah perumahan kaum syuhada. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Maka angkatlah kepala Engkau sekarang." Aku -Nabi Shallallahu’alaihi wasallam- mengangkat kepalaku, tiba-tiba tampak di atasku itu bagaikan awan. Keduanya berkata: "Di sana itulah tempat kediamanmu." Aku berkata: "Kalau begitu biarkanlah aku hendak memasuki rumahku." Keduanya menjawab: "Sesungguhnya usiamu masih ada dan belum engkau sempurnakan. Andaikata sudah engkau sempurnakan, maka engkau boleh mendatangi tempat kediamanmu itu." (Riwayat Bukhari)

Sabdanya: yuslaghu ra’suhu dengan menggunakan tsa’ bertitik tiga dan ghain mu’jamah, artinya memecah dan membelahnya." Yatadahdahu artinya menggelinding. Alkallub dengan fathahnya kaf dan dhammahnya lam musyaddadah, adalah sudah dimaklumi maknanya – yaitu alat pengait. Yusyarsyiru, artinya memotong-motong. Dhaudhau dengan dua dhad yang keduanya mu’jamah, artinya berteriak-teriak. Fa-yafgharu dengan fa’ dan ghain mu’jamah, artinya membukakan. Almar-aah dengan fathahnya mim, artinya pandangan yakni air muka. Yahusysyuha dengan fathahnya ya’ dan dhammahnya ha’ muhmalah serta syin mu’jamah, artinya menyalah-kan. Rawdhatun mu’tammah dengan dhammahnya mim, sukunnya ‘ain, fathahnya ta’ dan syaddahnya mim, artinya ialah rimbun tanamannya lagi panjang-panjang. Dawhah dengan fathahnya dal, sukunnya wawu dan dengan ha’ muhmalah, artinya ialah pohon besar. Almahdhu dengan fathahnya mim, sukunnya ha’ muhmalah dengan dhad mu’jamah, artinya ialah susu. Fa-sama bashari artinya melihat ke atas. Shu’udan dengan dhammahnya shad dan ‘ain, artinya tinggi-tinggi. Arrababah dengan fathahnya ra’ dan dengan ba’ bertitik satu yang didobbelkan, artinya ialah awan.

https://sunniy.wordpress.com

Teks hadits versi bahasa Arab:

وعن سمرة بن جندب رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال: كان رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم مما يكثر أن يقول لأصحابه: <هل رأى أحد منكم رؤيا؟> فيقص عليه من شاء اللَّه أن يقص، وإنه
قال لنا ذات غداة: <إنه أتاني الليلة آتيان، وإنهما قالا لي: انطلق، وإني انطلقت معهما، وإنا أتينا على رجل مضطجع وإذا آخر قائم عليه بصخرة وإذا هو يهوي بالصخرة لرأسه فَيَثْلَغُ رأسه فيتدهده الحجر ها هنا، فيتبع الحجر فيأخذه فلا يرجع إليه حتى يصح رأسه كما كان، ثم يعود عليه فيفعل به مثل ما فعل المرة الأولى!> قال: <قلت لهما: سبحان اللَّه! ما هذان؟ قالا لي: انطلق انطلق، فانطلقنا فأتينا على رجل مستلق لقفاه وإذا آخر قائم عليه بِكَلُّوبٍ من حديد وإذا هو يأتي أحد شقي وجهه فيشرشر شدقه إلى قفاه ومنخره إلى قفاه وعينه إلى قفاه ثم يتحول إلى الجانب الآخر فيفعل به مثل ما فعل بالجانب الأول فما يفرغ من ذلك الجانب حتى يصح ذلك الجانب كما كان، ثم يعود عليه فيفعل مثل ما فعل في المرة الأولى> قال: <قلت: سبحان اللَّه! ما هذان؟ قال: قالا لي: انطلق انطلق، فانطلقنا فأتينا على مثل التنور> فأحسب أنه قال: <فإذا فيه لغط وأصوات، فاطلعنا فيه فإذا فيه رجال ونساء عراة، وإذا هم يأتيهم لهب من أسفل منهم فإذا أتاهم ذلك اللهب ضَوْضَوُوا. قلت: ما هؤلاء؟ قالا لي: انطلق انطلق، فانطلقنا فأتينا على نهر (حسبت أنه كان يقول أحمر مثل الدم) وإذا في النهر رجل سابح يسبح وإذا على شط النهر رجل قد جمع عنده حجارة كثيرة، وإذا ذلك السابح يسبح ما يسبح ثم يأتي ذلك الذي قد جمع عنده الحجارة فيفغر له فاه فيلقمه حجراً فينطلق فيسبح ثم يرجع إليه كلما رجع إليه فغر له فاه فألقمه حجراً، قلت لهما: ما هذان؟ قالا لي: انطلق انطلق، فانطلقنا فأتينا على رجل كريه المرآة أو كأكره ما أنت راءٍ رجلاً مرأى فإذا هو عنده نار يحشها ويسعى حولها. قلت لهما: ما هذا؟ قالا لي: انطلق انطلق، فانطلقنا فأتينا على روضة معتمة فيها من كل نَور الربيع، وإذا بين ظهري الروضة رجل طويل لا أكاد أرى رأسه طولاً في السماء وإذا حول الرجل من أكثر ولدان رأيتهم قط، قلت: ما هذا وما هؤلاء؟ قالا لي: انطلق انطلق، .
فانطلقنا فأتينا إلى دوحة عظيمة لم أر دوحة قط أعظم منها ولا أحسن قالا لي: ارق فيها. فارتقينا فيها إلى مدينة مبنية بلبِن ذهب ولبِن فضة، فأتينا باب المدينة فاستفتحنا ففتح لنا فدخلناها فتلقانا رجال شطر من خلقهم كأحسن ما أنت راء، وشطر منهم كأقبح ما أنت راء، قالا لهم: اذهبوا فقعوا في ذلك النهر، وإذا هو نهر معترض يجري كأن ماءه المحض في البياض، فذهبوا فوقعوا فيه ثم رجعوا إلينا قد ذهب ذلك السوء عنهم فصاروا في أحسن صورة> قال: قالا لي: <هذه جنة عدن، وهذاك منزلك، فسما بصري صعداً فإذا قصر مثل الربابة البيضاء. قالا لي: هذاك منزلك! قلت لهما: بارك اللَّه فيكما فذراني أدخله، قالا: أما الآن فلا وأنت داخله، قلت لهما: فإني رأيت منذ الليلة عجباً فما هذا الذي رأيت؟ قالا لي: أما إنا سنخبرك: أما الرجل الأول الذي أتيت عليه يثلغ رأسه بالحجر فإنه الرجل يأخذ القرآن فيرفضه، وينام عن الصلاة المكتوبة. وأما الرجل أتيت عليه يشرشر شدقه إلى قفاه ومنخره إلى قفاه وعينه إلى قفاه فإنه الرجل يغدو من بيته فيكذب الكذبة تبلغ الآفاق. وأما الرجال والنساء العراة الذين هم في مثل بناء التنور فإنهم الزناة والزواني. وأما الرجل الذي أتيت عليه يسبح في النهر ويلقم الحجارة فإنه آكل الربا. وأما الرجل الكريه المرآة الذي عند النار يحشها ويسعى حولها فإن مالك خازن جهنم. وأما الرجل الطويل الذي في الروضة فإنه إبراهيم. وأما الولْدان الذين حوله فكل مولود مات على الفطرة> وفي رواية البرقاني: <ولد على الفطرة> فقال بعض المسلمين: يا رَسُول اللَّهِ وأولاد المشركين؟ فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: <وأولاد المشركين. وأما القوم الذين كانوا شطر منهم حسن وشطر منه قبيح فإنهم قوم خلطوا عملاً صالحاً وآخر سيئاً تجاوز اللَّه عنهم> رَوَاهُ البُخَارِيُّ.
وفي رواية له: <رأيت الليلة رجلين أتياني فأخرجاني إلى أرض مقدسة> ثم ذكره وقال: <فانطلقنا إلى نقب مثل التنور أعلاه ضيق وأسفله واسع يتوقد تحته نار، فإذا ارتفعت ارتفعوا حتى كادوا أن يخرجوا، وإذا خمدت رجعوا فيها، وفيها رجال ونساء عراة> وفيها: <حتى أتينا على نهر من دم> ولم يشك <فيه رجل قائم على وسط النهر وعلى شط النهر رجل وبين يديه حجارة، فأقبل الرجل الذي في النهر فإذا أراد أن يخرج رمى الرجل بحجر في فيه فرده حيث كان، فجعل كلما جاء ليخرج جعل يرمي في فيه بحجر فيرجع كما كان> وفيها: <فصعدا بي الشجرة فأدخلاني داراً لم أر قط أحسن منها، فيها رجال شيوخ وشباب> وفيها: <الذي رأيته يشق شدقه فكذاب يحدث بالكذبة فتحمل عنه حتى تبلغ الآفاق فيصنع به ما رأيت إلى يوم القيامة> وفيها: <الذي رأيته يشدخ رأسه فرجل علمه اللَّه القرآن فنام عنه بالليل ولم يعمل فيه بالنهار فيفعل به إلى يوم القيامة، والدار الأولى التي دخلت دار عامة المؤمنين. وأما هذه الدار فدار الشهداء، وأنا جبريل وهذا ميكائيل، فارفع رأسك، فرفعت رأسي فإذا فوقي مثل السحاب، قالا: ذاك منزلك. قلت: دعاني أدخل منزلي. قالا: إنه بقي لك عمر لم تستكمله فلو استكملته أتيت منزلك> رَوَاهُ البُخَارِيُّ.
قوله <يثلغ رأسه> هو بالثاء المثلثة والغين المعجمة : أي يشدخه ويشقه.
قوله <يتدهده> أي يتدحرج.
و <الكَلُّوب> بفتح الكاف وضم اللام المشددة وهو معروف.
قوله <فيشرشر> : أي يقطع.
قوله <ضوضووا> وهو بضاضين معجمتين: أي صاحوا.
قوله <فيفغر> هو بالفاء والغين المعجمة: أي يفتح.
قوله <المرآة> بفتح الميم: أي المنظر.
قوله <يحشها> وهو بفتح الياء وضم الحاء المهملة والشين المعجمة: أي يوقدها.
قوله <روضة معتَمَّة> هو بضم الميم وإسكان العين وفتح التاء وتشديد الميم: أي وافية النبات طويلته.
قوله <دوحة> وهي بفتح الدال وإسكان الواو والحاء المهملة وهي: الشجرة الكبيرة.
قوله <المحض> هو بفتح الميم وإسكان الحاء المهملة والضاد وهو: اللبن.
قوله <فسما بصري> : أي ارتفع.
و <صُعداً> بضم الصاد والعين: أي مرتفعاً.
و <الربابة> بفتح الراء والياء الموحدة مكررة وهي: السحابة.

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Renungan Salaf, Urgensi Dakwah
KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image