Beberapa Hal Yang Dapat Membantu Sikap Toleransi Dalam Islam

Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali

1. Menahan Angkara Murka

Ketahuilah wahai saudaraku muslim, bahwasanya toleransi itu adalah kerelaan hati dan kelapangan dada bukan karena menahan, kesempitan dan terpaksa sabar melainkan toleransi adalah bukti kebaikan hati, lahir dan bathin.

Hanya saja, toleransi tidak dapat dicapai kecuali melalui jembatan menahan angkara murka dan berupaya sabar, bila seorang hamba dapat dengan mantap melewatinya, maka dia akan memasuki pintu-pintu toleransi dengan pertolongan dan taufik dari Allah Subhanahu wata’ala.

Allah Ta’ala berfirman memuji kaum mukminin,

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarah dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan" (Ali-Imran: 134)

Dan firman-Nya yang lain.

وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

"… Dan apabila mereka marah, mereka memberi ma’af" (Asy-Syura : 37)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

وعن معاذ بن أنس رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏"‏ من كظم غيظاً ، وهو قادر على أن ينفذه، دعاه الله سبحانه وتعالى على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور العين ما شاء‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه أبو داود، والترمذي وقال‏:‏ حديث حسن‏)‏‏)‏‏.

Dari Mu’adz bin Anas Radhiallahu’anhu bahwasanya nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,"Barangsiapa yang dapat menahan angkara murkanya padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya dihadapan khalayak guna disuruh memilih bidadari mana yang dia kehendaki untuk Allah nikahkan dia dengannya" (Shahih Al-Jami 6394 dan 6398)

2. Mema’afkan dan Berlapang Dada

Kapan saja engkau menyaksikan wahai hamba yang toleran! Keutamaan dari sikap toleransi ini dan engkau telah merasakan kelezatan dan kemuliaannya, maka engkau tidak akan berpaling darinya.

Ketahuilah!.. Semoga Allah Subhanahu wata’ala membantumu dengan pertolongan-Nya, bahwasanya tidak ada yang berpaling darinya kecuali orang yang telah Allah Tabaroka wata’ala porak-porandakan hatinya dan Allah Tabaroka wata’ala tutupi pandangan dan mata hatinya.

Bagaimana mungkin engkau berpaling dari derajat kemuliaan menuju tangga kehinaan ? Semoga Allah Tabaroka wata’ala melindungi kami dan kalian dari keadaan yang demikian itu.

Para cendekiawan telah mengetahui dengan ekseperimennya dan realita yang ada, bahwa seorang hamba bila dia melampiaskan kemarahan dirinya, maka dia akan hina dan tergelincir, sementara pada sikap mema’afkan dan berlapang dada terdapat kelezatan, ketenangan, kemuliaan jiwa dan keagungan serta ketinggiannya yang tidak terdapat sedikitpun pada sikap pembalasan dan pelampiasan angkara murka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال: <ما نقصت صدقة من مال، وما زاد اللَّه عبداً بعفو إلا عزاً، وما تواضع أحد لله إلا رفعه> رَوَاهُ مُسلِمٌ.

"Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta benda, tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba dengan sikap pema’afnya kecuali kemuliaan dan tidaklah seorang bertawadlu karena Allah melainkan Allah mengangkat (derajat)nya" (Hadits Riwayat Muslim 2588 dan lainnya)

3. Mengharapkan Apa yang Ada di Sisi Allah Subhanahu wata’ala dan Berbaik Sangka kepada Allah Subhanahu wata’ala/

Pengharapan adalah masalah yang penting bagi muslim yang menempuh perjalanan (menuju Allah) karena dia berkisar antara dosa yang diharapkan pengampunannya, aib yang diharapkan perbaikannya, amal shalih yang diharapkan diterima, istiqamah yang diharapkan eksitensinya dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wata’ala serta kedudukan disisi-Nya yang diharapkan tercapai. Barangsiapa yang mengharapkan apa yang ada disisi-Nya maka dia akan mema’afkan orang lain, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebajikan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Ada seorang lelaki yang tidak beramal kebajikan sama sekali, dulunya ia biasa menghutangi orang lain, dia menyuruh utusannya : "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang kesulitan, ma’afkan semoga Allah mema’afkan kita !" Tatkala dia meninggal, Allah bertanya : "Apakah engkau pernah beramal kebaikan sedikitpun ?!" Jawabnya : "Tidak ! Hanya saja saya memiliki seorang budak dan saya biasa menghutangi orang, bila saya mengutusnya untuk menagih hutang saya perintah ia: "Ambillah apa yang lapang biarkan yang kesulitan dan ma’afkan semoga Allah mema’afkan kita!" Allah berfirman : "Sungguh Aku telah mema’afkanmu" (Shahih Al-Jami’ 2074)

Alangkah indahnya ucapan Ibnul Qayyim tatkala beliau bersyair:

Kalaulah tiada bergantung dengan pengharapan
Niscaya jiwa sang pencipta
akan nelangsa dan terbelah
Begitu pula, kalaulah dia
tidak mendinginkan panasnya
Hati, niscaya akan lebur terbakar tirai
Apakah teman yang mengerumuni
tak berlihat sama sekali
Pengharapan yang terkait dengan kekasihnya
Ataukah, setiap kali kecintaan kepada-Nya menguat
Menguat pula rasa pengharapan
hingga menambah kerinduan
Kalaulah tiada pengharapan, kendaraan
berdendang berjalan
Membawa beban menuju negerinya
mengharap perjuampaan"

(Madarijus Salikin 2/42)

Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka dia akan melupakan kebaikan terhadap orang yang pernah dia berbuat baik kepadanya, hingga seolah-olah dia tidak pernah berbuat kebaikan. Dalam hal ini dikatakan:"Dia melupakan segala perbuatannya dan Allah Subhanahu wata’ala yang menampakkannya. Sesunguhnya perbuatan baik bila dilupakan akan nampak dengan sendirinya"

[Disalin dari kitab Samhatul Islam Fii Kitabi wa Sunnah, Edisi Indonesia Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur’an dan As-Sunnah, oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali, penerbit Maktabah Salafy Press, hal. 43-48, penerjemah Abu Abdillah Muhammad Afifuddin As-Sidawi]

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Akhlak Salaf, Urgensi Dakwah
KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image