Thoghut Demokrasi Berlumuran Darah (Bagian 3)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Aqil Hafizhahullah

(Bagian 3)

Akan tetapi yang menjadi permasalahan, kita melihat tauladan kita Nabi Shalallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan sisa sedikit pun bagi kita, yakni Nabi Shalallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah, kemudian menyebutkan segala sesuatu di dekat hari kiamat. Akan mengetahui orang yang mengetahuinya dan tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya. Maka inilah wasiat yang agung, yang wajib diketahui oleh umat, beliau berwasiat:

وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كَثِيْرًا،

"Aku wasiatkan agar kalian bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat". Dan sesungguhnya barangsiapa hidup di antara kalian, maka akan melihat perselisihan yang banyak."

Ikhtilaf yang terjadi sekarang banyak sekali. Bukankah begitu wahai saudara-saudaraku?! Perselisihan yang terjadi di antara kita, apakah dalam masalah aqidah ataupun politik, beliau bersabda,

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ

"Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku".

Maka generasi muda sekarang tertimpa kerancuan/kerusuhan dan kegilaan, demi yang tidak adaTuhan yang berhak disembah kecuali Dia, sungguh mereka ditimpa keadaan yang menyerupai kegilaan, generasi umat ini tertimpa dengannya. Mereka lupa makna Laailaha illallah, mereka lupa makna Muhammad Rasulullah, mereka lupa mempelajari makna-makna iman, menghapal Al Qur’an. Padahal kaum salaf rahimahumullah, memulai dengan menghapal Al Qur’an. Bahkan ada seseorang di antara mereka tidak melangkahi 10 ayat sampai dia mempelajari apa yang ada padanya dan mengamalkannya. Mereka berkata: "Seseorang dari kami menghapal satu hadits atau dua hadits, kemudian terlihat aplikasinya pada keadaannya, ketenangannya, ketawadluannya dan kekhusyukannya." Dia hanya menghapal satu hadits, kemudian tawadlu kepada Allah, khusyu kepada Allah. Hanya satu hadits. Sedangkan kita sekarang, semakin bertambah ilmunya semakin takabur. Ilmunya tidak terbangun di atas kaidah-kaidah salaf rahimahumullahu. Kaidah-kaidah salaf terkenal sebagai rahmat bagi umat ini. Sedangkan Mereka: "kami mencobanya," 600 jiwa terbunuh. Mereka berkata: "Kami mencobanya" Hatinya keras, tidak punya perasaan. Apakah dia mencoba-coba?

Nabi Shalallaku ‘alaihi wa sallam pernah berdiri semalam suntuk berdo’a kepada Allah sambil menangis:

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ

"Jika engkau mengadzab mereka maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu." (Al Maidah : 118)

Sebagai rasa kasih sayang beliau,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (Ali Imran:159).

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorangRasul dari kalanganmu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At Taubah: 128).

Beliau pernah meninggalkan amalan yang disyariatkan karena takut. Jika diwajibkan atas umat ini. Beliau berbolak-balik antara Allah dan Musa, hingga Allah ‘Azza wa Jalla meringankan waktu sholat untuk kita. Bagaimanakah dengan hati yang keras yang menimpa umat ini. Hanya pembunuhan, kekacauan, kehancuran. Padahal -demi Allah yang tidak ada sembahan yang hak kecuali Dia– ini adalah bentuk perbuatan-perbuatan orang-orang Khawarij, yang di hati mereka tidak ada sedikitpun rasa kasih sayang terhadap umat Nabi Shalallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun mereka membaca Al Qur’an, tetapi tidak melebihi tenggorokan mereka.

Bapak mereka [7] berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Berbuat adillah! Berbuat adillah wahai Muhammad!" Ketika bapak mereka berpaling/pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Akan keluar dari generasi orang ini beberapa kaum, kalian menganggap remeh bacaan kalian dibanding bacaan mereka, shalat kalian dibanding shalat mereka, puasa kalian disbanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an tidak melebihi tenggorokan-tenggorokan mereka, mereka keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya.[8]" (HR. Muslim No. 1066)

Keras, kasar, ketus, tidak ada kasih sayang, tidak ada kelembutan terhadap kaum muslimin. Awal pertama terjadinya fitnah, mereka sudah memasukinya. Apa yang kalian inginkan? Apakah kalian ingin memperbaiki umat ini? Perbaikilah dirimu terlebih dahulu, mulailah memper­baiki dirimu dan berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Berkata salah seorang salaf pada tahun 400 H: "Hari ini adalah hari berdoa untuk umat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersabar."

Padahal baru tahun 400 H, sedangkan kita pada hari ini –demi Allah– jika engkau menginginkan kebaikan untuk umat ini, berdoalah kepada Allah meminta kebaikan untuk umat ini dan bersabarlah.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabat –padahal beliau mengetahui bahwa mereka memiliki kemuliaan-: "Walaupun kalian dipimpin oleh hamba/budak Habsyi, seakan-akan kepala mereka adalah kismis [9]," Mereka adalah shahabat, sedangkan pimpinannya orang-orang Habsyi yang rendah?!. Dengarkanlah dalam sabda lain,

اسْمَعْ وَأَطِعْ وَإِنْ أُخَذَ مَالُكَ وَضُرِبَ ظَهْرُكَ

"Dengarkanlah dan taatlah, meskipun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu." (HR. Muslim no. 1847 dari Hudzaifah lbnul Yaman radliyallahu ‘anhu)

Hingga walaupun dia mengambil harta kita, kita mendengar dan taat, selama mereka membiarkan engkau shalat. Mendengarlah dan taatlah selama mereka menegakkan shalat. Sebagian pemuda beralasan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits, "Kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata, dan engkau mempunyai bukti di sisi Allah." (HR. Muslim no. 1709 dari ‘Ubadah bin Shamit radliyallahu ‘anhu)

Kita katakan benar. Ini adalah ucapan benar, akan tetapi padanya ada dua hal penting:
Pertama: "Kecuali kalian melihat kekufuran yang nyata". Pembicaraan ini kepada siapa? Apakah arah pembicaraan kepada kalian wahai orang awam; yang kalian tidak mengetahui rukun-rukun wudlu’? Pembicaraan kepada siapa? Pembicaraan kepada shahabat radliyallahu ‘anhum dan bagi orang yang memiliki ilmu seperti ilmunya para shahabat. Kecuali kalian melihat kekufuran yang nyata, wahai ulama, wahai Rabbaniyyin. Jika para ulama Rabbaniyyun melihat bahwa ini adalah kufur yang nyata. Inilah hal pertama. Kufur yang nyata. Kufur yang nyata, dan kalian mempunyai bukti di sisi Allah. Tidak diterima, kecuali dilihat oleh para ulama rabbani yang memiliki kasih sayang terhadap umat, bahwa apa yang dilakukan oleh penguasa benar-benar kufur yang nyata dan mereka punya bukti di sisi Allah.

Yakni, saya tidak peduli jika engkau mengatakan 70% dari dunia Islam mengkafirkan Salafiyyin. Baiklah, negeri kami ini adalah negara Salafiyyah. Jika datang seorang Asy’ari dan berkata bahwa negara kalian adalah negara kafir. Apakah kita membenarkannya? Dan jika datang seorang Syi’ah Rafidli dan berkata negeri kalian adalah negeri kafir. Apakah kita membenarkannya? Tidak! Wahai saudaraku!

Mereka berkata :"Kami telah berziarah kepada penguasa kalian dan kami jumpai mereka mengatakan bahwa Allah memiliki tangan. Ini adalah tasybih. Dan yang mentasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) adalah kafir." Dan juga orang-orang Rafidli mengatakan bahwa penguasa kalian adalah orang-orang kafir. Dan juga orang-orang Khawarij mengatakan bahwa penguasa kalian adalah orang kafir. Apakah kita membenarkannya? Tidak! Kita katakan: "Kalian adalah ahli bid’ah". Ucapan kalian jelek padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata". Kita katakan: "Dilihat oleh para Ulama Rabbani, yang ilmu mereka dibangun di atas pemahaman Kitabullah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman Salafus Shalih rahimahullah". Inilah kekufuran yang nyata. Inilah masalah pertama. Kalian melihat kekufuran yang nyata dan kalian mempunyai bukti di sisi Allah.

Kedua, masalah Maslahat dan Mafsadah. Di sana ada mashlahat sebelum Islam yang ditaqrir (disetujui) oleh Agama Islam. Beliau bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia [10]." (Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Shahihah no. 45 dan Shahih Al Jami’ no. 2349)

Wahai saudaraku, demikian pula Islam datang untuk menolak kerusakan. Tidak ada seorangpun yang berakal. Seorang berakal di dunia ini berkata kepada kaum muslimin di Amerika : "Berontaklah!" Padahal jumlah mereka tidak sampai sejuta orang? Apakah ada orang berakal di dunia ini yang mengucapkan hal seperti itu? Dia tidak berakal. Karena jika mereka memberontak, orang-orang kafir akan membinasakannya, karena Sunnatullah Al Kauniyah belum tegak [11]. Wahai saudaraku, mereka semua itu –termasuk para da’inya yang mengharuskan memberontak di negeri-negeri Islamiyah– jika pergi ke Britania (Inggris), mereka tidak berbicara walaupun satu kalimat. Mereka pergi ke Amerika dalam keadaan diam, tidak berbicara satu kalimat pun. Orang-orang yang memberontak di Somalia, saya melihat dengan mata kepala sendiri, mereka di Britania diam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Seakan-akan darah (orang-orang) Britania suci dan darah kaum muslimin Somalia najis, sehingga harus dibunuh?

Permasalahan maslahat dan mafsadah –wahai saudaraku– adalah permasalahan berbahaya. Syaikhul Islam rahimahullah dalam Iqtidla’ Shirathal Mustaqim berkata, "Maslahat dan mafsadah ini tidak diketahui kecuali oleh ulama-ulama besar".

Ulama-ulama besar berkata, "Sesungguhnya urusan ini, ada tiga perkara: manusia menyangka hanya ada maslahat dan mafsadah saja. Tidak!" perkara ini ada tiga perkara:
1. Maslahat yang rajih/kuat
2. Mafsadah yang rajih/kuat
Perkara ini jelas, maslahat yang kuat jelas dan mafsadah yang kuat jelas.
3. Akan tetapi ada perkara yang ketiga yang terkumpul padanya maslahat di satu sisi dan mafsadah di sisi lain.
Apakah engkau memerintahkan dengannya karena maslahat ataukah engkau melarangnya karena mafsadah? Beliau berkata : "Ini adalah perkara yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama rabbani".

Perkara maslahat dan mafsadah, Wahai saudaraku! Bukankah mati syahid termasuk maslahat? Tetapi mengapa Allah tidak mengijinkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memerangi penduduk Makkah, padahal mati syahid adalah mashlahat? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencintai mati syahid dan seluruh shahabat radliyallahu ‘anhum juga mencintai mati syahid. Bahkan shahabat minta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengorbankan kemuliaannya [12] agar tidak dibunuh, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan mereka. Dan turunlah firman Allah Ta’ala,

إِلا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإيمَانِ

"Kecuali orang-orang yang dipaksa padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)" (An Nahl: 106).

Demi Allah, wahai saudaraku, bukankah mati syahid itu maslahat? Akan tetapi dakwah ketika itu baru tumbuh. Maslahat yang lebih kuat adalah dakwah terus berlangsung. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikat perjanjian bersama para penyembah berhala. Padahal mereka bukan ahli kitab (seperti) Yahudi dan Nashara. Tetapi bersama para penyembah berhala.

Dalam beberapa perkara mafsadah dan maslahat, akalnya Umar radliyallahu ‘anhu kacau/bimbang. Bagaimana dengan akal-akai kita yang bodoh. Pemuda-pemuda yang tidak mengetahui rukun-rukun wudlu berani mengatakan: Tidak. Ini adalah maslahat yang kuat. Padahal akal Umar radliyallahu ‘anhu yang digelari Al Muhaddatsul Mulham (Yang diberi Ilham), pemikirannya goncang dalam permasalahan maslahat dan mafsadah. Nah, .. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Pegangilah ikatanmu"! (Tahanlah dirimu!).

Wahai saudaraku, ingat syarat yang jahat. Seorang menyerahkan diri (sebagai muslim) harus dikembalikan kepada orang-orang kafir? [13] Bagaimana dengan perbuatan semacam ini? Ini adalah kejahatan. Demi Yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia, sesungguhnya ini adalah kejahatan. Meskipun demikian, ketika Umar mengeluh, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Pegangilah ikatanmu (tahanlah dirimu), sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan aku".

Karena akalmu terbatas, wahai Umar. Adapun Nabi, tidak berbicara menuruti kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. Jika engkau menyangka wahai Umar, bahwa ini adalah maslahat yang kuat, maka Allah lebih mengetahui dibanding kamu.

Oleh karena itu Umar berkata: "Wahai manusia curigailah akal (kalian) dengan agama ini, seandainya kalian melihat aku pada hari Abi Jandal [14]. Aku hampir binasa, aku hampir menolak kitab Allah dengan akalku." (Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (4/242) dan beliau berkata hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam beberapa tempat dan Muslim dan Nasa’i dari jalan lain dari Abi Wa’il Sufyan bin Salamah dari Sahl bin Hanif) [15]

Umar radliyallahu anhu memegang ikatannya dan menyerahkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak takabbur seperti kita.

Ketika kita mengatakan: "Wahai saudaraku para pemuda! Bertaqwalah kepada Allah, pegangilah ikatan kalian, ini adalah Kalamullah, dan ini ucapan Rasul-Nya". Mereka takabbur. oleh karena itu mereka menyia-nyiakan umat ini, mereka membunuh 500 ribu jiwa di Somalia dan 500 ribu jiwa di Suria dan semisalnya di Aljazair, Mesir dan Turki. Wahai saudaraku siapa yang mendapatkan faedah dengan darah yang mengalir ini?

Antara Bangladesh dan Pakistan, mereka saling berperang kemudian memisahkan diri, Masya Allah! Daulah Islamiyyah yang tadinya satu, menjadi kaum muslimin Bangladesh yang menyerang dan kaum muslimin Pakistan, hingga terbunuhlah ratusan ribu jiwa, siapakah yang mendapatkan faedah…? Yang mendapatkan faedah adalah India, akhirnya Bangladesh mengikuti India. Tidak ada akal, tidak ada naql (dalil) tidak pula ada kasih sayang, inilah yang menimpa kaum muslimin pada hari ini. La haula wal quwwata illa billah.

Umar radliyallahu ‘anhu dalam perkara maslahat dan mafsadah tidak mengatakan kepada manusia, bahwa "Sesungguhnya saya alim." Umar adalah muhaddats mulham, meskipun demikian dalam perkara maslahat dan mafsadah, nampaklah ilmu Allah dan ilmu Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, selamatlah Umar. Maka dia memejamkan mata dari permasalahan Abu Jandal demi maslahat Islam. Demi maslahat dan mafsadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadakan perdamaian dengan orang-orang kafir Makkah, dengan syarat-syarat yang keji itu. Walaupun demikian, berdasarkan pendapat yang paling benar dari ulama, bahwa ini adalah kemenangan (al fath). Yang Allah ‘Azza wa Jalla firmankan,

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (Al-Fath: 1)

Bukan Fathu Makkah, melainkan perjanjian ini. Karena manusia masuk berbondong-bondong ke dalam Islam bukan sebab Fathu Makkah, tetapi sebab perjanjian ini [16]. Maka manusia jadi aman. Jika keamanan datang maka tersebarlah dakwah ini. Manusia merasa aman pada diri-diri mereka, darah mereka dan harta mereka, maka tersebarlah dakwah ini.

Apakah kalian mengetahui kenapa disyari’atkan jihad? Jihad hanya disyari’atkan untuk mengamankan dakwah. Oleh karena itu apabila orang-orang kafir tidak memerangi engkau, maka jangan engkau memerangi mereka.
Ada tiga perkara; masuk Islam atau menyerahkan jizyah, kalau tidak kita memeranginya. Jika mereka masuk Islam, atas dasar apakah kita memeranginya? Kita harus mengakui harta, kekuasaan dan harta benda mereka. Jika mereka tidak masuk Islam, mereka menyerahkan jizyah (upeti). Dan kita mengakuinya atas segala sesuatu. Para da’i-lah yang pergi ke negeri mereka. Kemudian mengajak kepada Islam. Hingga mereka akan masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong. Perjanjian Hudaibiyyah adalah al-fath. Manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong karena keadaannya aman, tidak seorang pun mengambil faidah dari kekacauan atau kerusuhan ini. Karunia pertama yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim, dan doa pertama yang diminta Nabi Ibrahim kepada Allah adalah,

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا

"Wahai Tuhanku, jadikanlah tempat ini sebagai negeri yang aman." (Al-Baqarah: 126)

Demi Allah, wahai saudaraku, tidak ada kelezatan pada makanan, minuman, wanita dan tidak ada keberhasilan pada pekerjaan duniawiyah dan keselamatan dalam dakwah, tanpa rasa aman. Dengan keamananlah dakwah tersebar wahai saudaraku yang kucintai. Awal karunia yang Allah berikan kepada penduduk Makkah adalah keamanan,

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

"Yang telah diberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (Quraisy: 4)

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman? Sedangkan manusia sekitarnya rampok merampok." (Al-Ankabut: 67)

Partai-partai inilah yang memutuskan keamanan, kedamaian dan kasih sayang. Walaupun penguasa itu jahat dan fasik. Apa urusannya dengan kita, selama kita bisa menegakkan shalat, menunaikan zakat dan berpuasa dalam bulan ramadlan, serta berdakwah dan mengajari manusia.

[Diambil dari Majalah Salafy, Edisi 33/1420/1999 Judul asli: Beda Antara Agitasi Politik Ikhwani yang Berdarah Darah Dengan Manhaj Dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang Harus Menjadi Uswah, Penerjemah Al Ustadz Muhamamd Umar As Sewed]

_________
Footnote

[7] Bapak Khawarij yakni tokoh mereka yang pertama Dzulkhuwasirah yang menuduh Nabi tidak berhukum dengan hukum Allah dalam pembagian ghanimah.
[8] Yakni masuk menembus sasarannya hingga keluar lagi dari sisi lainnya. Demikian mereka musuh ke dalam Islam kemudian tembus keluar dari sisi lain.
[9] Yaitu anggur yang dikeringkan. Dipermisalkan dengan zabib (anggur kering) karena hitam, berkerut-kerut, dan jeleknya kepala orang tersebut.
[10] Yakni akhlaq mulia yang sudah ada ditetapkan dan disempurnakan oleh rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[11] Yakni persiapan fisik dan materi secara perhitungan manusia.
[12] Seperti Amar bin Yasir yang terpaksa menyebutkan berhala-berhala musyrikin.
[13] Pada perjanjian Hudaibiyyah. Umar radliyallahu ‘anhu ragu-ragu mengapa keputusan sejahat itu diterima. Apa maslahatnya?
[14] Yakni hari Hudaibiyyah, di mana Abu Jandal ketika masuk Islam dikembalikan kepada orang-orang kafir.
[15] Semua takhrij-takhrij hadits dalam terjemahan buku ini dan team penerjemah
[16] Terbukti dalam jarak waktu, dari perjanjian Hudaibiyah yang kaum muslimin berjumlah sekitar 1400 orang, hingga kaum muslimin berangkat untuk Fathu Makkah jumlah mereka telah bertambah menjadi sekitar 12000 orang.

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Demokrasi dan Pemilu, Matikan Bid'ah, Renungan Salaf
1 comments on “Thoghut Demokrasi Berlumuran Darah (Bagian 3)

Komentar ditutup.

KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image