Kisah Salman Al Farisi Mencari Hidayah (Episode 6 – TAMAT)

Diceritakan dalam episode sebelumnya:

…… Setelah kematian gurunya di Ammuriyah, Salman Al Farisi bertekad pergi ke negeri yang diisyaratkan dalam injil, sebuah daerah yang ternyata adalah kota Madinah. Namun qadarullah ia dikhianati dan dijadikan sebagai seorang budak yang dijual kepada seorang Yahudi. Tak disangka justru di tempat inilah ia bertemu dengan nabi yang memiliki ciri-ciri persis seperti yang disebutkan oleh pendeta di Ammuriyah. Ya, ia bertemu dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Ia menangis dengan tangisan bahagia yang teramat sangat.

Al Ustadz Abu Nashim Mukhtar

Episode 6 – TAMAT

Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagaimana yang telah kuceriterakan tadi, wahai Ibnu Abbas.

Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menginginkan kisah ini didengar juga oleh sahabat yang lain. Perjalanan Salman Al Farisi mencari hidayah. Sehingga hidayah kesempatan yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala sebagai bentuk kenikmatan terbesar kepada kita. Setelah menjadi Muslim, ditetapkan oleh Allah Ta’ala menjadi seorang Sunniy Salafy, mengenal Al Quran dan sunnah. Bahkan kita merasakan kelezatan dan kenikmatan ilmu syar’i. Maka tugas kita yang berkutnya adalah menjaga hidayah ini. Menjaga tetap istiqamah di jalan kebenaran karena tidak ada jaminan bagi kita bahwa hingga kita menghembuskan nafas yang terakhir kita masih berada berpijak di atas jalan kebenaran ini. Berapa banyak orang yang telah mengenal hidayah lalu dipalingkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dari hidayah tersebut. Yang ada hanyalah penyesalan yang begitu mendalam.

Setelah kita mengenal manhaj salaf, mengenal hidayah dan kebenaran semacam ini kita perlu menjaga dengan tetap terus menuntut ilmu syar’i, dengan menjauhi kemaksiatan dan dosa, memperbanyak taubat dan istighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala karena bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika Allah Subhanahu wata’ala mencabut hidayah ini dari hati, wal ‘iyadzubillah.

Berapa banyak orang yang pernah bertemu langsung dengan Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam, beriman kepada nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam, akhirnya Allah Ta’ala palingkan hatinya menjadi orang-orang kafir. Abdullah ibu Jahd, salah seorang sahabat nabi dahulunya. Beriman kepada nabi, bahkan sempat hijrah ke negeri Habasyah namun akhirnya meninggal dalam keadaan kafir memeluk agama Nashrani. Ia adalah salah seorang penulis wahyu untuk Rasulullah. Ia telah menulis surah Al Baqarah dan Ali Imran untuk Rasulullah. Karena sebuah dosa yang ia perbuat kemudian tidak segera menyelamatkan diri dengan taubat dan istighfar akhirnya ia menjadi orang kafir. Lari menemui Ahlul Kitab dan memfitnah nabi Shalallahu’alaihi wasallam, menyebarkan berita dusta bahwa wahyu yang dibawa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam selama ini berasal dari dia yang diperkuat dengan hapalannya terhadap surah Al Baqarah dan Ali Imran, akhirnya Allah Ta’ala siksa dia di dunia dan di akhirat. Ia kemudian dikubur oleh orang-orang ahlul kitab. Setiap kali dikubur keesokan harinya kuburanya terbelah jenazahanya terlempar jauh sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dan Anas bin Malik Radhiallahu’anhu. Ketika dimasukkan dan dikuburkan kembali keesokan harinya kembali terbongkar. Kuburanya terbuka jenazahanya terbuang jauh, hal ini tiga kali berturut turut hingga akhirnya jenazahnya dibiarkan begitu saja di atas bebatuan panas.

Al Imam Ibnu Katsir meriwayatkan sebuah kisah di dalam Al Bidayah wan Nihayah tentang seorang ‘alim minal ‘ulama, zahidi minal zuhad, ‘abidun minal ‘ibad. Seorang yang sudah merasakan nikmatnya Al Quran dan lezatnya hadits nabi. Ibadah berpuasa, sholat malam, akhirnya dia terfitnah dengan sebuah dosa. Ia tertarik dengan seorang wanita Nashrani yang cantik yang mensyaratkan tidak akan menerima lamaran sebelum ia masuk ke dalam agama Nashrani. Ia memperturutkan hawa nafsu, nikmat dunia. Tidak menghargai hidayah yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Akhirnya ia menikahi wanita tersebut dan masuk ke dalam agama Nashrani. Hal ini terjadi ketika beliau sedang berjihad di front terdepan melawan orang-orang kafir, karena tertarik dengan wanita Nashrani ia tinggalkan jihad. Beberapa lama kemudian kawan-kawanya yang terdahulu menemuinya kemudan bertanya, "Wahai fulan, apakah masih ada Al Quran yang engkau hapal? Kata lelaki ini, "Demi Allah tidak ada Al Quran pun yang tersisa yang aku hapal kecuali satu ayat saja. Ayat tersebut adalah firman Allah Subhanahu wata’ala,

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

"Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim." (Al Hijr: 2)

Artinya dia paham bahwasanya dia telah terjatuh ke dalam kekufuran dan kesalahan tetapi dengan dosa dan kemaksiatan yang dia perbuat, setiap kali dia ingin kembai kepada kebenaran Allah halangi dia disebabkan dosa dan kemaksiatan, disebabkan tidak menghargai hidayah yang telah diberikan oleh Allah Azza wajalla. Dan hal ini bukanlah suatu hal yang tidak mungkn terjadi pada diri kita.


Maka tugas kita yang berkutnya adalah menjaga hidayah ini. Menjaga tetap istiqamah di jalan kebenaran dengan tetap terus menuntut ilmu syar’i, dengan menjauhi kemaksiatan dan dosa, memperbanyak taubat dan istighfar karena tidak ada jaminan bagi kita bahwa hingga kita menghembuskan nafas yang terakhir kita masih berada berpijak di atas jalan kebenaran ini.


Setelah Allah Azza wajalla berikan hidayah yang manis ini, janganlah engkau menerjunkan diri ke dalam fitnah dunia, menjauhi majelis taklim. Maka bukanlah suatu hal yang mustahil Allah Ta’ala tarik dan cabut hidayah tersebut. Hanya sedikit dari hamba-hamba Allah yang dipilih untuk mengenal hidayah.

Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu menutup kisah ini dengan perkatannya:

Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku: "Mintalah pada majikanmu agar ia bersedia membebaskanmu dengan menerima uang tebusan.”

Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.

Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.

Kisah ini dihasankan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i dalam kitab As Shahih Al Musnad min Dalailin Nubuwwah.

Dalam kisah perjalanan ini yang benar-benar berkesan adalah perjuangan Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu dan orang-orang semacam beliau di dalam mencari hidayah dan kebenaran. Demikian juga usaha dari Salman Al Farisi radhiallahu’anhu dan orang-orang yang semisalnya untuk menjaga hidayah tersebut. Kalau kita tidak mensyukuri hidayah maka mungkin sekali Allah Subhanahu wata’ala akan cabut hidayah itu.

Dan untuk kita Ahlus Sunnah wal Jamaah, Salafiyun yang telah diberi kesempatan oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk mengenal hidayah maka tugas kita yang paling utama adalah menjaga hidayah ini dengan menghadiri majelis taklim mempertebal bersemangat Tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu)

T A M A T

[Dinukil dari catatan taklim kami ketika mendengar rekaman mp3 dari daurah bertema Kisah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu Mencari Hidayah. Dibawakan oleh Al Ustadz Abu Nashim Mukhtar. Sumber audio: http://atstsurayya.wordpress.com/2009/03/13/kisah-salman-al-farisy/]

dddddd

Subject

Download artikel di atas secara lengkap (Episode 1-6) dalam bentuk PDF. Kisah Salman Al Farisi Mencari Hidayah.

Type

PDF

Title

kisah-salman.pdf

Size

143 KB

Page Number

12

Link Download

Klik di sini

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Biografi Ulama, Ilmu dan Ulama, Jihad Fii Sabilillah, Kisah Sahabat, Tokoh Teladan, Urgensi Dakwah
KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image