Tegakkanlah Tauhid, Niscaya Akan Lurus Segala Sesuatu yang Ada Pada Dirimu

Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali

Bagian 6

Saudara-saudara, perhatikan Al Qur’an dan tadaburilah! Al Qur’an memupuk keimanan, Al Qur’an menebar katauhidan. Jika engkau memahami Al Qur’an, niscaya engkau akan menjadi pengikut para Rasul dalam agama, aqidah, dan manhaj mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ

“Allah telah mensyariatkan bagi kalian agama, sebagaimana yang telah Allah wasiatkan kepada Nuh dan yang Kami wahyukan kepadamu serta apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa agar kalian menegakkan agama dan janganlah bercerai-berai padanya.” (Asy Syura: 13)

Agama adalah tauhid. Tegakkanlah tauhid ini. Apabila engkau telah menegakkan tauhid, berarti akan lurus segala sesuatu yang ada pada dirimu. Dan apabila engkau memuliakan tauhid, wala (loyalitas), dan bara’ (berlepas diri) di atasnya, maka akan lurus segala sesuatu yang ada pada dirimu. Janganlah engkau letakkan tauhid di keranjang sampah dan wala’ dan bara’ di atas selainnya.

Aku mengetahui mayoritas manusia mengetahui tauhid namun dengan pengertian yang campur baur, sehingga dicampakkan di kotak sampah. Sehingga dia berloyalitas dan benci di atas dasar selain tauhid. Yang demikian tidaklah benar, karena Al Wala’ dan Al Bara’ haruslah berdiri di atas tauhid.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

“Sungguh telah ada bagi kalian suri tauladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya tatkala mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah dari selain Allah. Kami mengingkari kalian dan telah tampak antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian beriman hanya kepada Allah.” (Al Mumtahanah: 4)

لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling cinta kepada para penentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka atau keluarga mereka. Mereka itulah yang (Allah) ukir dalam hati-hati mereka keimanan, dan Allah tolong dengan ruh (bantuan) dari-Nya. Allah masukkan mereka kedalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, merekapun ridha terhadap Allah. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah golongan Allah lah yang mendapatkan keberuntungan.” (Al Mujadalah: 22)

Hal ini tidak akan dicapai oleh orang yang meremehkan dan mencela tauhid, berwala’ dan bara’ di atas pemikiran-pemikiran politik yang menyimpang. Pensifatan ini tidak diberikan kepada mereka, namun diberikan kepada mereka yang mengimani tauhid dengan sebenarnya, memuliakan tauhid, sehingga dia berwala’ dan bara’ karena tauhid ini.

Demi Allah! Wala’ dan bara’ pada mayoritas manusia –saat ini- bukan diatas tauhid. Wala’ dan Bara’ bukan karena aqidah, namun wala’ dan bara’ karena si fulan dan si fulan. Sedangkan si fulan dan si fulan manusia yang paling sesat dari agama Allah dan dari makna La ilaha Illallah. Loyalitas karena si fulan dan si fulan adalah petaka. Ini merupakan kehancuran yang menimpa ummat. Wahai para pemuda negeri ini, wahai para pemuda muslim di setiap tempat, kenalilah dakwah dan manhaj para Rasul. Ketahuilah bahwa perkaranya bukanlah kita diminta untuk memilih, namun ini adalah kewajiban yang sudah paten bagi setiap orang yang menyeru kepada-Nya dengan jujur, agar ia mengawali dakwahnya dengan dakwah menyeru kepada tauhid.

Buktinya: Allah mensyariatkan manhaj (metode) ini bagi seluruh rasul dari yang paling awal hingga yang paling akhir. Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam memulai dakwah tauhid 13 tahun lamanya. (Selama itu) beliau tidak menyerukan syariat-syariat lain. Belum disyariatkan shalat –rukun Islam terpenting- melaikan sesaat sebelum hijrah. Zakat tidak disyariatkan melainkan di era madinah, yang menunjukkan pentingnya tauhid, karena ia sebagai pondasi. Ar Rasul Shallallahu’alaihi wasallam tidak bergeser sehelai rambut pun ketika para musyrikin Quraisy mendatanginya yang sanggup memenuhi apapun permintaannya.

Beliau menginginkan kekuasaan? Mereka penuhi. Mau wanita Quraisy tercantik? Mereka nikahkan. Mau harta? Mereka beri. Namun beliau berkata: “Aku tidak menginginkan dari kalian kecuali (dakwah) ini.” Beliau membaiat manusia dan berjihad di atas tauhid, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكاَةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءُهُمْ وَأَمْوَالُـهُمْ

“Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal itu, maka terlindungi dariku darah-darah dan harta-harta mereka.”

Makna La ilaha illallah bukanlah “Tidak ada hakim kecuali Allah”! Namun (yang benar adalah) “Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah.”

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tetap memusatkan dakwahnya pada syahadat La ilaha illallah. Bahkan ketika fitnah kemurtadan muncul, Umar tidak mendapati argumen/ hujjah untuk menghalangi Abu Bakar yang memerangi mereka (orang-orang murtad), kecuali dengan ucapannya,“Bagaimana kita memerangi suatu kaum yang mengucapkan La ilaha illallah? Sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah.”

Dan Abu Bakar hanya menghafal kalimat ini juga karena sering kalinya nabi ‘alaihisshalatu wassalam mengulang-ulanginya dan memfokuskan dakwah tauhid. Kemudian Abu Hurairah dan Jabir mendengar kesempurnaan hadits tersbut, shalat dan zakat sampai akhir hadits. Adapun Abu Bakar dan Umar tidaklah mendengar (kelanjutannya). Demi Allah seandainya keduanya mendengar, niscaya Umar tidak menghalangi Abu Bakar dan pasti Abu Bakar menjawabnya dengan sisa penggalan hadits tersebut.

Ini diantara dalil bahwa seorang yang alim besar dan mulia terkadang ada yang luput dari suatu ilmu yang ilmu itu diketahui oleh orang yang lebih rendah kedudukannya daripada dia –hal ini ada- barokallahu fikum.

Bersambung…

[Disalin dari kitab At Tauhid Awwalan, edisi Indonesia Memulai Dakwah Dengan Tauhid: Solusi Tepat Memperbaiki Ummat, oleh Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, penerbit Darul Ilmi, penerjemah Zuhair Syarif, judul oleh Admin Blog Sunniy Salafy]

Sumber: Ebook CHM kompilasi oleh akhuna fillah Abu Bakrah Ahmad Al Makassari :: http://ashthy.wordpress.com/2007/11/18/memulai-dakwah-dengan-tauhid-solusi-tepat-memperbaiki-ummat/

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Tauhid Prioritas Utama, Urgensi Dakwah
KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image