Pelajaran dan Nasihat dari Peristiwa Bentrokan Berdarah di Kuburan “Mbah Priuk” (Bagian 2)

Al Ustadz Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir

Bagian 2
Fenomena mengkeramatkan kuburan terjadi di tengah-tengah ummat

Di antara fenomena yang sangat terlihat dari peristiwa bentrokan di Koja tersebut, adalah sebuah fenomena yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan yaitu banyaknya ummat yang tidak paham hakikat tauhid sehingga mereka mengkeramatkan kuburan, hati mereka tergantung kepada kuburan –naudzubillah- bahkan hati mereka bergantung kepada kuburan fiktif seperti kuburan “Mbah Priuk” yang secara nyata dan jelas bahwa jasad mbah priuk sudah tidak di situ karena sudah dipindakan oleh ahli warisnya ke pekuburan lain.

Wahai kaum muslimin, ketahuilah bahwasanya di antara sebab terbesar seseorang menjadi kafir adalah berlebihan terhadap orang shalih dengan beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala di kuburan mereka, yang hal itu akan mengantarkan dia beribadah kepada orang shalih tersebut.

Berkata Syaikhul Islam Al Imam Muhamad Bin ‘Abdul Wahhab Rahimahullah: ” Faktor yang menyebabkan manusia menjadi kafir dan meninggalkan agama mereka adalah berlebih–lebihan kepada orang shalih” (Kitab Tauhid Syaikh Muhamad bin ‘Abdul Wahhab Rahimahullah)

Lalu Syaikh Rahimahullah berkata lagi, ”Bahwasanya berlebihan kepada kuburan orang shalih akan mengatarkan kuburan itu jadi berhala yang disembah selain Allah“ (Kitab Tauhid).

Diriwayat dalam Shahih Al Bukhari, tafsiran Ibnu Abbas Radhiallahu‘anhuma mengenai firman Allah Ta’ala:

وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

“Dan mereka (kaum nabi Nuh) berkata: “Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) terhadap sesembahan-sesembahan kamu, dan (terutama) janganlah sekali-kali meningalkan (penyembahan) wadd, suwa, yaghuts, ya’uq maupun Nasr”. (Nuh: 23)

Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu mengatakan, ”Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Tatkala mereka meninggal, syaithan membisikan kepada kaum mereka: ‘Dirikanlah patung–patung pada tempat yang pernah diadakan pertemuan di sana oleh mereka, dan namailah patung-patung itu dengan nama-nama mereka.’ Ketika itu belum disembah, hingga setelah orang–orang yang mendirikan patung itu meninggal dan ilmu agama dilupakan orang, barulah patung-patung tadi disembah”.

Dan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu‘anha bahwa Ummu salamah Radhiallahu‘anha menceritakan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tentang gereja dengan patung–patung yang ada di dalamnya yang dilihatnya di negeri Habasyah (Ethiopia). Maka bersabdalah beliau Shallallahu’alaihi wasallam:

أُوْلئِكَ إِذَا مَاتَ مِنْهُمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلى قَبْرِهِ مَسْجِدًا, ثُمَّ صَوَّرُوا فِيْهِ تِلْكَ الصُّوْرَة, أُوْلئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللهِ

““Mereka itu, bila ada seorang shalih di kalangan mereka yang meninggal dunia, mereka membangun masjid/ rumah ibadah di atas kuburannya. Kemudian mereka membuat gambar-gambar itu di dalam rumah ibadah tersebut. Mereka itulah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berkata Asy Syaikh Shalih Al Fauzan Hafizhahullah: “Bahwasanya ayat ini menunjukkan dengan penunjukkan yang jelas larangan beribadah kepada Allah di sisi kuburan orang shalih dan menjadikkannya sebagai masjid, dikarenakan yang demikian itu termasuk perbuatan orang- orang Nashrani. Dan maka dia termasuk sejelek-jelek makhluk.“ (Al Mulakhas Fii Syarhi Kitabit Tauhid: 169)

Dan bukti bahwasannya sikap berlebihan terhadap orang shalih akan menjadi sebab disembahnya kuburan itu selain Allah, sebagaimana kekhawatiran Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sehingga beliau berdoa agar kuburannya jangan sampai dijadikan berhala yang disembah selain Allah Tabaroka wata’ala

اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ

“Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah, Allah melaknat sebuah kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka menjadi masjid “ (HR. Imam Ahmad dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dari Abu Hurairah Radhiallahu‘anhu)

Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdurrahman Bin Hasan Alu Syaikh Rahimahullah: “Dan Bahwasannya Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam mengkhwatirkan ummatnya terjatuh pada haqnya sebagaimana terjatuhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani di dalam haq nabi–nabi mereka, berupa peribadatan mereka kepada selain Allah Azza wajalla dan sebab perbuatan mereka itu adalah sikap berlebih-lebihan terhadap nabi-nabi mereka ” (Quratul ‘Uyunil Muwahidin Syaikh Al Allamah Abdurrahman Bin Hasan Alu Syaikh: 160)

Inilah di antara dalil yang menjelaskan bahwa berlebihan kepada orang shalih seperti mengagungkan atau mengkeramatkan kuburan mereka akan mengantarkan kuburan mereka menjadi berhala yang disembah selain Allah.

Untuk lebih jelasnya kita akan melihat beberapa bentuk kemungkaran yang terjadi di kuburan sebagai pelengkap faidah yang dapat kita ambil, insya Allah.

Pertama: Menyembah kuburan

Inilah kemungkaran yang paling besar yang terjadi di kuburan, yaitu mereka beribadah kepada kuburan dengan salah satu macam ibadah, di antara mereka ada yang berdoa, atau menyembelih untuk kuburan atau meminta dilapangkan rezekinya dan lain-lain, hal ini adalah merupakan bentuk kesyirikan akbar (besar) sebuah dosa yang tidak diampuni oleh Allah Azza wajalla yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama islam dan pelakunya kekal di neraka selama-lamanya.

Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya perbuatan syirik (menyekutukan Allah) adalah kezhaliman yang sangat besar.“ (Luqman: 13)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman :

إِنَّ اللهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni (dosa) karena mempersekutukkan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukkan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisa: 48)

Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdul ‘Aziz Bin Baaz Rahimahullah: “Di dalam ayat ini terdapat penjelasan besarnya bahaya syirik, dikarenakan seseorang apabila mati dalam keadaan berbuat syirik maka tidak akan diampuni baginya bahkan dia kekal di dalam neraka, berbeda dengan dosa lainnya yaitu di bawah kehendak Allah, jika Allah berkehendak mengadzabnya sesuai dengan kadar dosanya kemudian masuk surga, dan jika Allah berkehedak maka Allah akan mengampuninya (tidak mengadzabnya). Adapun dosa syirik maka sungguh Allah Ta’ala telah berfirman :

ومَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

”Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukkan (sesuatau dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang–orang zhalim itu.” (Al Maidah: 72)

(Syarhu Kitabit Tauhid Syaikh Abdul ‘Aziz Bin Baaz: 37)

Kedua: Beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala di sisi kuburan

Perbuatan beribadah kepada Allah Azza wajalla di sisi kuburan adalah perbuatan dosa besar dan merupakan sarana yang dapat mengantarkan seseorang kepada perbuatan syirik. Realita ini terjadi di kuburan fiktif “Mbah Priuk”. Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallahu‘anha bahwa Ummu Salamah Radhiallahu‘anha menceritakan kepada Rasulullah Shalallahu‘alaihi Wasallam tentang gereja dengan patung-patung yang ada di dalamnya yang dilihatnya di negeri Habasyah (Ethiopia). Maka bersabdalah beliau Shallallahu’alaihi wasallam:

أُوْلئِكَ إِذَا مَاتَ مِنْهُمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلى قَبْرِهِ مَسْجِدًا, ثُمَّ صَوَّرُوا فِيْهِ تِلْكَ الصُّوْرَة, أُوْلئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللهِ

““Mereka itu, bila ada seorang shalih di kalangan mereka yang meninggal dunia, mereka membangun masjid/ rumah ibadah di atas kuburannya. Kemudian mereka membuat gambar-gambar itu di dalam rumah ibadah tersebut. Mereka itulah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.” (Muttafaqun ‘alaih)

Berkata Asy Syaikh Al Allamah Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah: “Dikarenakan perbuatan mereka (beribadah sisi kuburan orang shalih dan menjadikan kuburan sebagai masjid -penj) ini adalah sarana kepada kekufuran dan kesyirikan dan perbuatan ini bentuk kezhaliman yang paling zhalim dan yang paling berat, dan apa-apa yang mereka lakukan adalah sarana ke arah kesyirikan, maka pelakunya berhak menjadi di antara makhluk yang paling jelek “ (Qaulul Mufiid Fi Kitabit Tauhid: 202)

Ketiga: Membangun masjid di kuburan

Perbuatan ini merupakan dosa besar dan sarana menuju kepada perbuatan syirik, sebagaimana dijelaskan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, Aisyah Radhiallahu‘anha berkata: “Tatkala Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam hendak diambil nyawanya, beliaupun segera menutupkan kain di atas mukanya, lalu beliau buka lagi kain itu tatkala terasa menyesakkan nafas, ketika beliau dalam keadaan demikian itulah beliau bersabda:

لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُوْرَ أَنْبِياَئِهِمْ مَسَاجِدَ

“Allah melaknat Yahudi dan Nashara dikarenakan mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Al-Bukhari no. 435 dan Muslim no. 529)

Berkata Asy Syaikh Al Allamah Shalih Al Fauzan: “Bahwasannya dalam hadits ini terdapat larangan beribadah kepada Allah Azza wajalla di sisi kuburan para nabi dan menjadikannya sebagai masjid dikarenakan perbuatan itu mengantarkan kepada kesyirikan kepada Allah Azza wajalla“ (Al Mulakhos Fi Syarhi Kitabit Tauhid Syaikh Al Allamah Shalih Al Fauzan: 171)

Kalau kita dilarang untuk beribadah kepada Allah Ta’ala di sisi kuburan nabi Shallallahu’alaihi wasallam, bagaimana kuburan selain nabi yang derajatnya jauh lebih rendah dari nabi…???

Menjadikan kuburan menjadi masjid meliputi beberapa hal yaitu :
1. Shalat menghadap kubur
2. Sujud di atas atau kepada kubur
3. Membangun masjid diatasnya

Keempat: Menjadikan kuburan sebagai tempat Ied (hari raya) yang dirayakan

Penyimpangan atau kemungkaran lainnya yang terjadi di kuburan adalah dijadikannya kuburan sebagai tempat ied atau perayaan, tempat yang dituju untuk berkumpul dan didatangi untuk beribadah kepada Allah di dekatnya atau untuk selain ibadah. Hal ini termasuk perkara yang dilarang sebagaimana realita ini terjadi di kuburan “Mbah Priuk”.

Rasulullah Shalallahu‘alaihi Wasallam bersabda:

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْرًا وَلاَ تَجْعَلُوا قَبْرِيْ عِيْدًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُمَا كُنْتُمْ

“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai ied. Bershalawatlah untukku karena shalawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada.” (Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud)

Berkata Asy Syaikh Al Allamah Shalih Al Fauzan: “… Dan Rasulullah melarang dari berkumpul dikuburannya dan menjadikannya tempat ied perayan yang datang kepadanya…“ (Al Mulakhos Fi Syarhi Kitabit Tauhid Syaikh Al Allamah Shalih Al Fauzan: 186)

Kalau kuburan nabi Shallallahu’alaihi wasallam saja dilarang dijadikan tempat ied atau perayaan yang menjadi tempat tujuan untuk berkumpul pekanan atau bulanan berulang–ulang kali dalam rangka beribadah kepada Allah Ta’ala, lalu bagaimana kuburan selain nabi Shallallahu’alaihi wasallam yang derajatnya lebih rendah dari nabi, lalu bagaimana dengan kuburan fiktif “Mbah Priuk”? Berpikirlah wahai orang-orang yang berakal!

Kelima: Melakukan perjalanan jauh menuju kuburan (wisata ziarah ke makam para wali atau orang shalih)

Perkara ini dilarang dalam syariat yang suci ini. Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ تَشُدُّوا الرِّحاَلَ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَساَجِدَ. مَسْجِدِي هَذاَ وَالْمَسْجِدِ الْحَراَمِ وَالْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى

“Jangan kalian bepergian (mengadakan safar dengan tujuan ibadah) kecuali kepada tiga masjid: masjidku ini, Masjid Al-Haram, dan Masjid Al-Aqsha.” (HR. Al-Bukhari no. 1139 dan Muslim no. 415, dan datang dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Jangan dipahami dari sini tidak boleh seseorang berziarah kubur. Seseorang dibolehkan berziarah kubur asal sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam, diantaranya memperhatikan beberapa hal:

1. Bertujuan mengingat mati
2. Tidak melakukan kesyirikan, bid’ah dan maksiat
3. Tidak melakukan safar
4. Tidak meratapi mayit
5. Dan lain-lain.

Bersambng…

[Dinukil dari tulisan Al Ustadz Abu Ibrahim Abdullah bin Mudakir Al Jakarty berjudul: Pelajaran dan Nasihat dari Peristiwa Bentrokan Berdarah di Kuburan “Mbah Priuk”]

Sumber: http://nikahmudayuk.wordpress.com/2010/04/17/pelajaran-dan-nasehat-dari-peristiwa-bentrokan-berdarah-di-kuburan-%e2%80%9cmbah-priok%e2%80%9d/

Kami adalah penuntut ilmu, seorang sunniy salafy

Ditulis dalam Aqidah Ahlus Sunnah, Matikan Bid'ah, sufi, Sufisme Tasawuf, Tauhid Prioritas Utama
KALENDER HIJRIAH

"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk menampakkan manhaj Salafus Shalih, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan (menurut) kesepakatan para ulama karena sesungguhnya manhaj Salafus Shalih itu tidak lain hanyalah kebenaran." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Al Fatawa 4/149)

:: Pengunjung Blog Sunniy Salafy disarankan menggunakan Google Chrome [Klik disini] supaya daya jelajah anda lebih cepat ::

Radio Sunniy Salafy

Kategori
Permata Salaf

image