KERUMUNAN orang dari berbagai daerah pagi itu, Selasa (6/12/2011), rela mengantri di Masjid Menara Kudus, hanya untuk mendapatkan nasi jangkrik. Nasi dengan lauk seadanya ini merupakan sajian istimewa ketika puncak acara Buka Luwur Sunan Kudus tiba, tepatnya pada tanggal 10 Muharram.
Sebagian warga di Kudus dan sekitarnya berkeyakinan, bahwa nasi jangkrik yang dibagikan oleh pengerus masjid tersebut membawa berkah. Mereka percaya, bahwa jika dimakan, nasi yang dibungkus daun jati ini mampu mengobati berbagai penyakit serta menjaga kesehatan tubuh.
Nasi jangkrik biasanya berlauk daging kerbau atau kambing, lauk tersebut dimasak menggunakan bumbu garam asem atau sering disebut bumbu jangkrik. Sebab itulah, nasi bungkus tersebut biasa disebut nasi jangkrik. Prosesi pembagian nasi jangkrik ini adalah salah satu dari rangkaian acara buka luwur atau selamatan kanjeng sunan kudus.
Tradisi turun temurun ini diawali dengan penjamasan pusaka berupa Keris Cinthaka dan dua Trisula. Selain itu dilakukan juga pelepasan luwur, pembahasan masalah keagamaan, Doa Rosul, Terbang Papat, pembagian Bubur Asyura, khataman Alquran, santunan anak yatim, pengajian, dan pembagian berkat.
Salah seorang warga yang ditemui suaramerdeka.com, Susiana (35), warga Kecamatan Karimunjawa Jepara ini sengaja datang ke Masjid Menara Kudus sejak Senin (5/12). Dia mengaku, mengantre nasi jangkrik untuk obat alternatif kesembuhan suaminya yang terkena folio.
“Saya ke sini untuk melaksanakan nadzar. Sudah lama berkeluarga tapi belum hamil. Saat itu saya nadzar, kalau hamil akan ziarah di makam Sunan Kudus,” ujarnya, di sela-sela antri.
Rufiati, warga Desa Pancur Kecamatan Mayong Jepara, juga mengatakan hal senada. Dia datang pukul 04.30 WIB dari desanya bersama buah hatinya untuk mendapatkan nasi berkah tersebut. “Agar mendapat berkah dari Sunan Kudus,” katanya.
Tahun ini, panitia buka luwur menyediakan sedikitnya 25.000 nasi jangkrik untuk dibagikan kepada masyarakat, dan 1.750 nasi dibungkus keranjang untuk dibagikan kepada para undangan. Nasi tersebut berasal dari 6,53 ton beras, 10 kerbau, dan 81 kambing dari sumbangan masyarakat.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, KH Najib Hasan mengatakan, sumbangan tersebut berasal dari warga muslim dan nonmuslim. Panitia terbuka terhadap sumbangan, karena pada prinsipnya buka luwur merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada Sunan Kudus dalam perannya menyebarkan agama Islam di Kudus.
Sunan Kudus, imbuh Najib, dikenal sebagai sosok yang mengajarkan toleransi dalam beragama. Antara lain disimbolkan dengan pelarangan menyembelih sapi dan bangunan Menara yang melambangkan persatuan budaya agama. “Buka luwur lebih pada tradisi penghormatan, bukan memeringati hari kematian, karena sampai sekarang belum ditemukan catatan sejarah mengenai waktu wafatnya beliau,” pungkasnya.
suaramerdeka
Tinggalkan komentar